Sepeninggalan para tetangga, aku langsung menghambur ke pelukan ibu. Begitu juga dengan Bariq. Sementara bapak hanya menyaksikan kami. "Pak. Sini!" Aku menarik tangan bapak agar mendekat. Setelah itu Bariq merangkul pundak bapak, kemudian kami berpelukan sama-sama."Semoga setelah ini, satu persatu masalah akan teratasi. Bapak pesan, terutama pada Ibu. Ibu jangan mendengarkan omongan tetangga. Biarkan saja mereka bicara apa ya, Bu." Bapak memberi wejangan setelah kami mengurai pelukan. Aku tahu maksud bapak baik. Namun, kali ini aku tak sependapat dengan beliau."Ya dibalas lah, Pak. Orang sekarang itu kalau didiemin bukannya sadar, tapi malah nglunjak.""Iya, Pak." Bariq ikut menyahut."Bapak tahu, Nin, Riq, tapi kalau kita meladeni mereka, itu kan sama saja.""Ya, nggak, Bapak—""Duh, kenapa sih kalian ini? Anin, Bariq, yang dikatakan Bapak ada benarnya juga. Pak, insyaallah dengan didampingi Njenengan dan anak-anak, ibu pasti bisa melewati semua ini. Ibu percaya, waktu yang akan me
Last Updated : 2025-08-26 Read more