Keesokan harinya, Dinda mencoba bersikap setenang mungkin di kampus. Ia menghindari Maya yang sedari tadi terus melontarkan spekulasi tentang email dari Bagas. Jam menunjukkan pukul 15.50 WIB, dan Dinda sudah berdiri di depan pintu ruang kerja dosen yang tertera di email Bagas. Jantungnya berdebar kencang, tangannya sedikit berkeringat.Ia mengetuk pintu perlahan. "Masuk," suara Bagas terdengar dari dalam.Dinda membuka pintu dan melangkah masuk. Ruangan itu rapi dan minimalis, dengan rak buku penuh jurnal hukum, meja kerja yang bersih, dan sebuah sofa kecil di sudut. Bagas duduk di balik mejanya, memakai kacamata baca, menatap ke arah Dinda dengan ekspresi datar namun sorot matanya tajam."Selamat sore, Pak Bagas," sapa Dinda, mencoba suaranya agar tetap stabil."Selamat sore, Dinda. Silakan duduk," ucap Bagas, menunjuk kursi di hadapan mejanya.Dinda duduk, menaruh tasnya di pangkuan. Keheningan sesaat menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara pendingin ruangan yang berdesir pelan
Last Updated : 2025-06-17 Read more