All Chapters of Dibeli oleh Pangeran Milyarder: Chapter 71 - Chapter 80

Ari menatap keluar jendela jet pribadi milik Keluarga Kerajaan yang terbang menuju New York, memandangi awan terlewati di bawah. Setelah berpapasan dengan Marcus di pesawat, Grayson tidak ingin mengambil risiko Ari kembali berpapasan dengannya. Ari juga tidak ingin itu terjadi lagi. Ari tahu kalau serangan mendadak Marcus sudah direncanakan dengan matang menggunakan informasi orang dalam, dan ia tidak berniat untuk berbicara empat mata dengan pria itu secara paksa lagi. Meskipun dia tidak tahu siapa yang memberitahu Marcus, ia punya tebakan mengenai seseorang yang bisa melakukannya. Berhubung Piers telah melayani mereka sejak lama, Ari menduga pria itulah pelakunya. Namun, Ari tidak punya bukti. Pria itu juga sudah pergi dari kehidupan mereka. Ia hanya berharap Piers tidak berencana untuk membalas dendam dengan membuat masalah yang lebih parah.Ari yakin yang membocorkan soal AmericanMate ke pers juga Piers. Sayangnya, ia juga tidak bisa membuktikannya. Pria itu sepertinya sangat pan

Sinar terang matahari menembus jendela dan menusuk mata Ari keesokan paginya, membangunkannya untuk menghadapi hari yang baru. Ari selalu suka waktu pagi. Baginya, waktu itu adalah kesempatan untuk membuat perubahan di dunia. Setiap hari adalah berkah, sebuah lembaran baru dari buku yang menunggu untuk ditulis.Wanita itu berdiri, melihat dunia luar begitu terang tidak seperti biasanya. Dan benar saja, saat ia melihat keluar jendela, lapisan tebal salju yang baru saja jatuh terhampar menutupi permukaan bumi. Namun, ketika ia melihat mobil lalu-lalang di jalanan, semuanya terasa lebih bising dari yang ia ingat. Lebih ramai. Ari merasa perkataan bahwa ingatan kita menutupi suara latar yang berisik sampai akhirnya kita tidak mendengarnya lagi.Ari mendengar suara dari ruang tengah kamar suite, jadi ia segera mandi dan berpakaian santai. Ia tidak mengenakan celana jeans, alih-alih memilih mengenakan celana kulot dan kemeja kasual. Setelahnya, wanita itu memakai botnya. Walaupun ia dulu

Ari memasuki lift sendirian, lega bisa melepaskan diri dari ibunya. Henley yang malang, harus menghadapi ibu mereka yang seperti itu selama ini. Ari tak percaya apa yang ibunya katakan tentang Grayson. Namun, ia membuang pikiran itu dari benaknya, bertekad untuk membantu Henley semampunya selagi dia berada di sana. Setelah itu, ia akan mengurus yang lain begitu ia pulang.Namun, alih-alih langsung kembali ke kamar Henley, Ari pergi menemui direktur rumah sakit. Beberapa saat kemudian, ia berjalan menghampiri sekretaris yang duduk di luar ruang kantor dr. Alice Sanders."Halo," wanita rapi yang lebih tua itu menyapanya. "Ada yang bisa saya bantu?""Ya, ada," Ari menjawab dengan tegas, menjaga perhatian sang sekretaris. "Saya ingin menemui dr. Alice Sanders.""Apa Anda sudah membuat janji?" sekretaris itu bertanya, menatapnya dari balik kacamatanya.Ari menggeleng. "Belum, tapi beliau pasti mau menemui saya. Tolong, beri tahu beliau tentang kedatangan saya ... atau saya akan me

Ring! Ring!"Halo?" Ari menerima panggilannya di dering pertama, mengenali nada dering Grayson. "Grayson? Ada apa?"Awalnya, tidak terdengar apa-apa kecuali keheningan. "Aku merindukanmu, Ari." Suara pria itu rendah, terengah-engah."Aku juga merindukanmu." Ari tersenyum sambil bersandar di bantalnya. "Tapi aku belum bisa pulang sampai aku selesai menjalankan Transplantasi Sel Induk untuk Henley.""Aku tahu," bisik Grayson, terdengar kesepian. "Berjanjilah padaku kau akan segera pulang." "Aku janji." Ari beranjak duduk dan menyangga dirinya dengan sikunya, alisnya menyatu menunjukkan kecemasan. "Grayson, apa ada masalah?"Grayson terdiam untuk waktu yang cukup lama, suara napasnya yang lembut terdengar oleh Ari dari ponselnya."Grayson? Kau membuatku takut.""Tidak, tidak apa-apa. Aku seharusnya tidak meneleponmu," jawab Grayson. "Aku akan meneleponmu nanti pagi."Ari berdiri lalu berjalan mondar-mandir. "Tidak, Grayson. Katakan padaku apa yang mengusikmu." Grayso

"Wah, apa yang kita temukan di sini?" Grayson bertanya sambil mengambil buku kas yang tersembunyi di bawah kasur.Sam kabur melewati pintu secepat yang ia bisa.Grayson berlari mengejar pria itu. "Seseorang hentikan pria itu!"Tiba-tiba, tiga penjaga menangkap Sam di halaman kastel dan sekitar enam penjaga lain mengeluarkan senjata mereka."Jangan bergerak!" Arnold berseru, berjalan ke arahnya dengan percaya diri."Saya hanya - ""Diam!" Arnold memasang borgol di pergelangan tangan Sam di depan, kemudian menariknya dari lantai. "Ayo. Cepat jalan." Arnold lalu membawanya ke ruang interogasi.Grayson bergegas menyusul mereka. Dia terkejut mendapati Sam terlibat dalam kasus ini. Akan tetapi, bisa saja rasa kagum berlebihan Sam pada Piers membuatnya menuruti semua perintah seniornya itu. Sayang sekali Sam sudah dibutakan dengan rasa kagumnya sampai rela menyerahkan sebagian jati dirinya. Namun, Grayson menyingkirkan pemikiran itu, berniat untuk tidak menghakimi pria itu sampa