Lahat ng Kabanata ng Pendamping Sang Alpha: Kabanata 21 - Kabanata 30

Matahari bersinar melalui jendela keesokan paginya, memberitahu Lacey untuk memulai hari baru. Kemudian, mata Lacey terbuka sementara ingatan mengenai kejadian semalam menyerbu masuk ke dalam otaknya. Julien bersikap baik padanya dan memperlakukannya dengan hormat. Lalu, ada ciuman ...Begitu dia menutup mata, ingatan semalam memasuki benaknya. Brock menekannya di dinding, Julien menyelamatkannya, lalu mereka makan malam bersama, dan menikmati malam yang menyenangkan.Dia ingat pria itu mengantarnya ke depan pintu kamar dan memberikannya ciuman terdahsyat seumur hidupnya. Julien adalah pria yang baik. Lacey penasaran apakah perlakuan penuh hormat pria itu terhadap dirinya akan berlangsung lama.Tok! Tok! Tok!Seseorang mengetuk pintu. Dia perlahan beranjak turun dan mengintip melalui pintu. Julien berdiri di balik pintu."Pagi." Salah satu sudut bibirnya terangkat."Pagi."Kemudian, Julien meraih tangan Lacey dan menempelkan bibirnya pada bibir Lacey dengan ringan, memban

Julien menggandeng Lacey ke ujung jurang dan duduk. Lacey hanya berdiri di sana menatapnya. Salah satu sudut bibir pria itu membentuk senyuman seksi selagi dia menepuk rumput yang empuk di sampingnya, mengangkat salah satu alisnya. "Duduklah. Aku berjanji tidak akan menggigit."Namun, sisi serigala Lacey justru berharap pria itu melakukannya. Lacey mendengus, tidak percaya bahwa sisi serigalanya sudah mengkhianatinya seperti itu. Namun, dia tetap ikut duduk di samping pria itu dan menatap ke garis cakrawala pada pegunungan yang terlihat berwarna-warni karena diterpa sinar matahari yang cerah. Meski suhu di luar sini mulai terasa dingin, hal tersebut tidak mengganggu Lacey. Cuaca tidak pernah mengusiknya, tidak sejak dia mengalami perubahan wujud serigala pertama kali. "Tempat ini indah."Julien mengangguk. "Ya, di sini indah." Dia menatap pegunungan di kejauhan yang menjulang megah di atas garis horizon, hijau dan rimbun. "Kuharap aku bisa berlarian bebas di pegunungan itu selamany

Setelah makan malam, Julien mengantar Lacey ke kamarnya dan berhenti di depan pintunya. "Lacey, aku hanya ingin memberitahumu kalau aku akan melakukan yang kau minta." Julien menghela napas panjang. Ini sulit untuknya. "Aku akan berbicara dengan Scarlett.Lacey mengangguk. "Terima kasih.""Kalau begitu, kau setuju untuk mulai merencanakan pernikahan?" Julien mengamati mata Lacey, berusaha mencari kebenarannya.Lacey mengangguk dengan pipi sedikit merona, sambil menatap mata pria itu. "Tentu saja.""Kemarilah." Bibirnya mengarah ke bibir Lacey dan dia menyelipkan jemarinya di antara rambut Lacey di belakang kepalanya, menariknya lebih dekat ... dan serigalanya menginginkan lebih, ingin sekali menetapkan wanita ini sebagai miliknya. Ketika Julien melepaskannya sesaat kemudian, napasnya memburu, dan dia berbisik, "Sampai jumpa besok."Lacey mengangguk tanpa suara.Selagi pria itu berjalan menelusuri lorong, Julien bertanya-tanya apakah Lacey juga merasakannya.Julien tidak b

Lacey bergegas menaiki lima tangga beruntun menuju kamarnya dan berpakaian untuk makan malam. Setelah provokasi dari Scar, Lacey tidak akan lagi mengalah. Dia akan mengikuti permainannya hingga akhir. Malam ini, Lacey mengenakan gaun klasik yang seksi, gaun tersebut menempel mengikuti lekuk tubuhnya. Dia berharap Julien akan menyukainya. Kemudian, dia mengenakan sepatu hak tinggi merahnya yang membuat betisnya terlihat lebih jenjang. Biasanya, Lacey tidak akan menaruh perhatian pada hal semacam ini, tetapi ini adalah saat untuk melakukannya. Saatnya membalas api dengan api. Julien berusaha keras untuk berhubungan baik dengannya dan mengambil langkah selanjutnya, Lacey pun demikian. Dia telah menetapkan aturan dasar agar dia sepakat dan bersiap untuk pernikahan. Julien sudah melakukan bagiannya mengenai Scar, kini giliran Lacey untuk melakukan bagiannya.Lacey berjalan dengan penuh kepercayaan diri menuju tempat makan malam sedikit lebih awal agar dia bisa duduk di sisi kanan Julie

Keesokan paginya, Lacey bergegas turun untuk sarapan. Meski biasanya dia tidak pernah lapar di pagi hari, pagi ini dia sangat kelaparan. Di ruang makan besar, sarapan prasmanan sudah tersaji, termasuk daging babi asap dan telur, roti khas Denmark, sosis, biskuit, dan semua yang bisa disajikan. Lacey mengambil sebuah piring dan roti keju Denmark, juga secangkir kopi, kemudian duduk di meja terdekat. Meja itu kecil dan didekorasi dengan hiasan meja bernuansa musim gugur. Lacey menyesap kopi dan menghela napas. Dia sangat menyukai aroma segar dan kaya rasa tersebut ... juga momen kesendirian."Oh, halo!" Kepala Lacey berputar dan seorang pria dengan rambut panjang gelap yang terikat menjadi ekor kuda berdiri di kursi di seberangnya. "Halo," sahutnya sambil kembali mengalihkan perhatian pada roti Denmarknya.Sebuah senyuman lebar menghiasi wajah pria itu. "Keberatan kalau aku duduk di sini?" Dia mengangkat bahu, di tangannya terdapat piring berisi daging dan dia mengayunkan kepala k