Semua Bab Sang Kekasih Berambut Merah: Bab 101 - Bab 110

Sarkon berbalik. Sepasang mata zamrud yang terkejut bertemu dengan tatapan khawatirnya."Kamu sudah bangun? Apa ada yang– Uff!"Maria ditarik masuk ke dalam lengannya dan tubuhnya ditekan kuat ke dada pria itu yang keras dan berotot. Lengan-lengan yang kuat itu melilitnya erat-erat seperti perban.Sarkon memeluknya seolah-olah dia baru saja kembali dari kematian."Sarkon?" suaranya yang teredam dan tegang memanggil. "Ada apa?"Pria beringas itu menjauh dengan jarak satu lengan dan menggeram padanya, "Dari mana kamu?! Aku bangun, dan kamu tidak ada!"Maria terkejut karena ledakan marah tiba-tiba itu. "A-Aku merasa agak pegal, jadi aku ingin jalan-jalan... K-kamu sedang tidur, jadi kupikir aku akan jalan-jalan saja di sekitar sini.""Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak berkeliaran sendirian?""Memang iya, dan aku ingat itu! Aku tidak pergi terlalu jauh, Sarkon," suara manis itu menjelaskan dengan sabar. "Tolong jangan marah."Sarkon t

"Aku tidak bermaksud menghinamu," gumam pria itu pelan.Sarkon tidak bisa memberitahu di mana dia berada sebelum ini karena dengan begitu akan mengungkapkan bahwa dia telah membaca semua komentar pada berita di mana Maria memenangkan kompetisi seni itu. Bagaimana semua komentar itu mengatakan Maria adalah pacar Claude. Karena alasan itulah, Maria dinobatkan sebagai pemenang.Pada awalnya, dia marah pada para pembuat onar di internet itu karena menyebarkan omong kosong tentang Maria.Dia kemudian ingat melihat foto yang diambil oleh mata-matanya saat Maria mengobrol dan tertawa terbahak-bahak dengan monster itu dan menyadari bahwa dia yang mungkin salah.Orang-orang memang bisa berubah, pikirnya.Maria mungkin telah berubah pikiran.Saat memikirkan itu, dia mengamuk dan meninggalkan kabin.Dia menyerang seperti binatang buas, melemparkan tinjunya ke apa pun yang menghalangi jalannya seperti binatang buas yang asli. Tanpa dia sadari, Sarkon sudah berada

Sarkon yang pertama pulih, mengambil napas dalam-dalam untuk memperlambat detak jantungnya.Saat sensasi itu perlahan mereda, Sarkon pikir dia akan merasa kosong lagi. Sama seperti setelah kekasih ayahnya menyentuhnya.Tapi tidak.Dia merasa seperti menjadi orang yang selalu dia inginkan. Dia merasa untuk pertama kalinya dia dimiliki sesuatu yang baik. Dia milik Maria.Cinta... malaikatnya.Saat paru-parunya terus menyeret udara masuk dalam tegukan besar, aroma hangat gadis itu membasahi hidungnya. Dia tiba-tiba merasa gadis itu gemetar tak terkendali di bawahnya.Dia membuka matanya dan menyadari wajahnya terkubur di lekukan leher Maria.Mengangkat dirinya sehingga dia bisa melihat dengan baik wajah malaikatnya, dia menelan ludah saat melihat kecantikan gadis itu yang memikat.Dia menyapu helai merah basah dari wajah gadis itu yang memerah, menyisir jari-jarinya melalui rambut indah Maria untuk merapikannya, memegang pipinya yang basah di antara

Maria menatapi bulan purnama agung yang sunyi bersinar di luar sana, seolah itu menampilkan wajah orang yang paling dibencinya saat ini.Tidak tertarik kah Saron?"Baik," Maria menggeram tanpa suara. Dia akan menghadiri upacara sendirian. Lagipula dia tidak membutuhkan si "otak lembu raksasa" itu. Paman Karl akan mengawalnya sampai ke kantor utama Grup Loller, lalu pulang dengan selamat. Dengan adanya Paman Karl bersamanya, Maria bisa dengan lebih baik mengatasi kecanggungan saat bertemu orang asing.Terdengar ketukan di pintu rumahnya.Kenop pintu berputar sekali dan lagi tanpa hasil.Si cantik berambut-merah pun menyeringai dengan seringai kemenangan di hadapan pintu karena tahu persis siapa yang ada di baliknya.Untungnya Maria mengunci pintu tepat setelah Sophie pergi. Jika dia terlambat, si raksasa akan berhasil masuk."Ma

Teman-teman dari sekolahnya?Apakah itu karena persahabatannya dengan Claude?Dan secara tiba-tiba dia tersadar. "Apakah menurutmu itu karena hubungan dekatmu dengan Claude Loller?"Maria berdeham dengan tenang dan mengangkat dagunya. Dengan suara tegas dan mantap, dia menjawab, "Saya akan bekerja lebih keras pada produksi yang saya hasilkan ke depannya untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa saya serius tentang seni.""Anda tidak menjawab pertanyaan saya, Nona Davis.""Saya pikir dia sudah menjawabnya," terdengar sebuah suara yang dikenalnya .Maria melihat Paris berdiri di belakang reporter itu dan merasakan sedikit kelegaan di dadanya.Si reporter berbalik dan menyapa putra raja bisnis itu dengan membungkuk sopan dan tersenyum lebar.Sang pangeran bediri di sisi seorang wanita cantik dengan berambut