Semua Bab Sang Kekasih Berambut Merah: Bab 91 - Bab 100

Tapi saat ini bukan waktunya untuk berdebat tentang itu, jadi Maria mengesampingkannya dulu. Dia akan menemukan waktu yang lebih baik untuk membahasnya dengan Paris."Mereka akan menghentikan gangguan mereka padamu dan temanmu," sang pangeran menyelesaikan perkataannya dengan bangga."Kuharap begitu," gumam Maria dalam hati. Dia tidak ingin mereka melampiaskannya pada Sophie.Sophie masih tidak berbicara dengannya.Paris meraih tangannya yang satu lagi, berusaha keras untuk mengabaikan bercak cat yang secara tidak sengaja mengenai lengan bajunya ketika dia melakukannya, dan menatap mata gadis itu."Aku ingin kamu makan denganku atas kehendakmu sendiri." Suaranya selembut yang dia bisa. "Aku ingin kamu punya pilihan."Maris tersenyum berseri-seri. "Benarkah?"Paris mengerutkan kening dengan tidak senang pada respons Maria. Gadis itu tidak akan menghabiskan waktu bersamanya. Dia bisa tahu dalam sekejap. "Dasar gadis bodoh," umpatnya dalam hati. Dia tida

Sarkon menyesal begitu dia meninggalkan kafe.Apa yang terjadi dengan rasa bersalahnya memanfaatkan seorang wanita seperti alat dan janjinya untuk tidak pernah bertemu Anastasia Peckwood lagi?Semua itu terbang keluar jendela ketika dia melihat foto-foto Maria dan putra Tim berdiri berdekatan seperti pasangan yang sedang jatuh cinta, mengobrol dengan gembira dan Maria masuk ke mobil pria itu dengan senyuman yang indah yang jarang terlihat.Membanting ponselnya ke dinding tidak menghilangkan ledakan kemarahan di dalam dirinya. Dia membutuhkan sesuatu yang lebih kuat.Dia tidak punya pilihan selain beralih ke satu-satunya orang yang bisa membuat Tim mengawasi putranya yang penuh nafsu itu: Anastasia.Wanita itu adalah satu-satunya cara—cara tercepat—untuk melepaskan Paris Carter itu dari Maria.Pria beringas itu memastikan dia tidak mengungkapkan nama Maria."Aku mengerti."Nada tajam Sanders menyadarkannya kembali ke kantornya. Raksasa itu berdiri

Maria tidak percaya dengan apa yang dia dengar.Julie telah mengundurkan diri dari sekolah."Kamu seharusnya lega, Nona. Keadilan telah ditegakkan!" Sophie menepuk punggungnya.Maria tidak merasa lega. "Tidakkah ini terlalu kejam?"Pelayan itu tampak seolah-olah Maria tidak tahu bahwa matahari terbit dari timur dan terbenam di barat."Sama sekali tidak, Nona! Pikirkan apa yang dia lakukan padamu dan siswa lain.Maria mengalihkan pandangannya ke pelayan itu. "Bagaimana kamu tahu?"Dia tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang Julie.Sophie melompat tegak seperti seorang prajurit yang waspada. Matanya melesat memandang arah lain.Maria merasakan ada yang tidak beres. "Sophie!"Sophie menyipitkan matanya seolah-olah wajahnya akan ditampar. "Aku menguping!""Menguping siapa?" Maria berpura-pura kesal. Dia tahu itu pasti Karl karena pria itu ada di kafetaria.Pelayan itu berseru, "Tuan Muda!"Maria membeku. Suaranya berbisik

"Jadi kamu memanggilnya," geram Sarkon.Karl mengangguk. Mata elangnya tertuju pada dinding di belakang pria beringas itu."Dan dia sudah ada di sini," suara berat itu menambahkan dengan nada mengancam.Mantan pengendara motor itu mengangguk lagi.Albert mengangkat dagunya saat dia melaporkan. "Mereka ada di rumah kaca, Tuan."Jari itu terus mengetuk meja, makin lama makin cepat sampai CEO muda itu menghantamkan tangan ke mejanya dan berdiri dengan frustrasi yang nyata di wajahnya.Dia melemparkan tatapan membunuh pada veteran yang masih menatap ke depan itu. "Jam berapa dia akan pulang?""Dia baru saja tiba, Tuan," jawab Albert percaya diri dengan kepala sedikit mengangguk. Dia merasakan angin dingin bertiup melewatinya dalam sekejap mata.Ketika kepala pelayan tua itu mengangkat pandangannya, tuan muda itu sudah tidak ada di tempatnya. Dia melemparkan pandangan terkejut pada mantan pengendara motor yang akhirnya mengendurkan bahunya."Dia

Kabin itu berada di dekat kaki gunung.Maria tidak tahu gunung mana itu atau di mana letaknya di bola dunia.Sarkon menolak untuk memberitahunya tidak peduli berapa kali dia bertanya.Dia menyerah mencoba untuk menemukan posisi globalnya dan hanya menikmati kedamaian dan ketenangan di sekitarnya.Meskipun disebut kabin, bangunan itu masih seukuran bungalo.Ketika mobil jip itu berhenti di depannya, Maria terkejut melihat bangunan itu kosong."Staf datang setiap pagi dan kemudian pulang di malam hari," raksasa itu menjelaskan dengan nada santai."Aku mengerti," pikir Maria sambil mengangguk. Dia keluar dari mobil setelah Sarkon dan membuntuti dengan tenang di belakangnya.Hari sudah gelap kecuali lingkaran cahaya buatan dari tiang lampu yang mengelilingi kompleks itu.Tanahnya lembut dan lembap. Udara terasa dingin dan pekat."Untung aku memakai sepatu flat," Maria berkomentar pelan saat dia berjalan menaiki tangga dan melewati pintu mas