Pagi itu, di rumah keluarga Mahesa dipenuhi aroma pandan dan kelapa dari dapur. Sinar matahari menyelinap melalui jendela, memantul di meja makan yang sudah disusun rapi dengan hidangan sederhana. Ada tumpeng kecil dengan nasi kuning, ayam panggang, dan urap-urap yang dibuat oleh Bu Mirna. Di sudut ruang tamu, beberapa pot bunga melati menghias meja kecil tempat buku doa diletakkan untuk acara syukuran tujuh bulanan. Suasana hangat, sederhana, tapi penuh makna. Aurelia duduk di sofa, mengenakan pakaian yang mereka pilih di butik tempo hari. Setelah malam penuh emosi beberapa hari lalu, ia mulai belajar menerima tubuhnya yang berubah, meski kadang rasa ragu masih menyelinap. Gian, seperti biasa, tidak pernah jauh darinya. Ia sibuk mengatur kursi tambahan untuk keluarga inti yang datang, yakni keluarganya, ibu dan ayah Aurelia, serta kerabat deka
Huling Na-update : 2025-10-28 Magbasa pa