Kata "baiklah" yang diucapkan Kian menggantung di udara perpustakaan yang hening, terasa rapuh namun memiliki bobot yang luar biasa. Itu adalah suara dari sebuah benteng yang telah menyerah, sebuah pengakuan kalah dari seorang pejuang yang telah berperang seumur hidupnya. Untuk pertama kalinya, Kian Alvaro tidak punya rencana, tidak punya strategi, dan tidak punya kendali. Ia hanya punya secercah harapan yang menakutkan, yang disodorkan oleh seorang gadis yang seharusnya menjadi bawahannya. Rama, sang penjaga buku, mengangguk dengan khidmat, seolah menghormati keberanian yang dibutuhkan untuk mengucapkan satu kata itu. "Keputusan yang bijaksana, Tahanan Giok," katanya. "Sekarang, pekerjaan yang sesungguhnya dimulai." Ia memimpin mereka menjauh dari anjungan utama yang megah, menuju sebuah ruangan samping yang lebih kecil dan lebih intim. Tidak ada rak buku yang menjulang di sini. Dindingnya terbuat dari kayu gelap yang hangat, lantainya ditutupi oleh ti
Last Updated : 2025-07-20 Read more