Keduanya berciuman sangat lama. Sampai napas terengah-engah, barulah Denzel melepaskannya.Natalie menarik napas dalam-dalam, mengangkat tangan, hendak menampar Denzel.Denzel menjilat sudut bibirnya dengan puas, senyumannya terlihat nakal dan liar. Dia berdiri tegak, tidak sedikit pun menghindar.Melihat perban yang masih melilit di dahinya, ditambah wajah pucat sakitnya, tangan Natalie berhenti di udara. Jemarinya menggenggam pelan, pada akhirnya tamparan itu tak pernah mendarat."Bajingan!" Mata Natalie memerah. Dia menatap dengan marah, lalu berbalik dan berlari.Saat hampir sampai di mobil, dia baru menyadari Hardi entah sejak kapan sudah berdiri di belakang lampu belakang mobil.Dari posisi itu, jelas sekali bisa melihat tempat tadi Natalie dan Denzel berdiri. Bukankah berarti dia telah melihat semuanya?Wajah Natalie memanas, penuh rasa malu."Ayo, waktunya pulang," Hardi tersenyum tipis, seolah-olah tidak melihat apa pun yang baru saja terjadi.Karena Hardi tidak menyinggung ha
Baca selengkapnya