Semua Bab Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin: Bab 221 - Bab 230

Natalie pertama kali datang ke rumah gubernur. Dia masih belum familier dengan lingkungan di sini. Setelah bertanya pada pelayan yang bertugas mengantar minuman, barulah dia tahu di mana letak toilet."Nona, biar saya antar Anda," kata pelayan itu dengan ramah.Natalie tersenyum tipis, "Kalau begitu, maaf merepotkanmu.""Tidak usah sungkan."Pelayan berjalan di depan untuk memimpin Natalie meninggalkan aula pesta. Setelah melewati beberapa lorong, mereka akhirnya sampai di toilet.Letaknya tidak terlalu jauh dari aula, tetapi desain bangunannya sangat cerdik sehingga berhasil meredam kebisingan dari pesta di sebelah sana.Setelah selesai buang air, Natalie mencuci tangan dan keluar dari toilet. Tepat di hadapannya muncul seorang pria asing bertubuh tinggi besar."Halo, Nona Natalie." Pria itu berjalan langsung ke arahnya dengan senyum yang tampak cukup ramah.Berhadapan dengan pria asing di lingkungan asing seperti ini ... meski lawan tidak menunjukkan niat jahat, Natalie tetap merasa

Kehadiran Denzel adalah kejutan yang seolah sudah bisa diduga. Hardi sempat terkejut sejenak, lalu tatapannya tertuju pada Natalie yang pergelangan tangannya sedang digenggam oleh Denzel. Wajahnya yang biasanya lembut pun ikut mendingin."Lepaskan dia."Seperti mendengar lelucon besar, Denzel hanya terkekeh dingin tanpa menoleh. Langkah kakinya tetap mantap.Hardi segera bergeser, mengadang satu-satunya jalan keluar. Dia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Natalie yang satunya.Akhirnya, pemandangan pun menjadi Natalie terjepit di tengah dan kedua tangannya masing-masing ditarik oleh dua pria, seolah mereka ingin merobek dirinya menjadi dua bagian."Natalie, aku menghormati pilihanmu. Kalau kamu nggak mau pergi dengannya, aku pasti akan melindungimu." Hardi menatapnya dengan tegas.Denzel tersenyum sinis. "Perlindunganmu itu maksudnya membiarkan dia hampir diperkosa sama bule barusan?""Apa?" Ekspresi Hardi langsung menegang. Tatapannya menyapu tubuh Natalie dari atas ke bawah. "

Hardi berdiri di tempat. Dia hanya bisa menatap mobil hitam itu menjauh hingga akhirnya hanya menjadi titik kecil dan hilang dari pandangan.Wajah lembutnya kini sepenuhnya kelam. Tatapannya dingin dan penuh ancaman, bagaikan ular berbisa yang siap menyemburkan racunnya di kegelapan malam.Tangannya yang terkulai di sisi tubuh mengepal erat, urat-urat di punggung tangan menonjol jelas karena tekanan kuat.Sopir tak berani mengangkat kepala, dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tuan, apakah perlu kita kejar?""Nggak usah." Sorot mata Hardi tetap dingin saat memerintahkan, "Kembali ke vila."Jika Natalie pulang kepadanya, Hardi masih akan memberinya kesempatan. Jika tidak ....Mata biru Hardi menyipit dan kilatan kejam yang tidak sesuai dengan citra lembutnya muncul di sana.Maka ... jangan salahkan dia jika harus menggunakan cara paksa.....Rumah Sakit.Denzel segera didorong masuk ke ruang gawat darurat. Natalie begitu cemas hingga hampir ikut menerobos masuk, tetapi Louis buru-buru

Louis sudah lebih dulu memberi kabar ke pihak rumah sakit, jadi Natalie tidak perlu menunggu dan langsung bisa dijadwalkan untuk tes darah."Bu Natalie, ikut saya." Louis berjalan di depan. Di depan sana adalah ruang pengambilan darah, dari jauh sudah terlihat perawat menunggu.Natalie menggigit bibirnya, lalu berkata, "Aku mau ke toilet dulu."Louis tidak curiga dan hanya mengangguk. "Baik, saya tunggu di luar."Natalie pun masuk ke dalam. Louis tidak berani pergi jauh, dia duduk di kursi tepat di seberang pintu toilet. Karena semalam tidak tidur nyenyak, matanya terasa berat saat duduk. Kelopak matanya terbuka dan tertutup, kepalanya pun ikut mengangguk-angguk.Saat hampir terlelap, dia tiba-tiba teringat bahwa harus tetap mengawasi Natalie dan membawanya ke ruang tes darah. Seketika dia terbangun, buru-buru menoleh ke arah pintu toilet.Louis melihat jam, sudah sepuluh menit berlalu, tapi Natalie belum juga keluar. Dia menunggu lagi sepuluh menit. Orangnya tetap tidak muncul!Kalaup

Natalie berbaring di tempat tidur dan membolak-balikkan badan tanpa bisa memejamkan mata. Wajah tampan dan tegas Denzel terus saja muncul di pikirannya. Dengan sifat Denzel, begitu dia yakin Natalie hamil, dia pasti akan melakukan segala cara agar anak itu lahir.Sampai sekarang Natalie masih tidak mengerti bagaimana Denzel bisa mengetahuinya. Padahal, dia sama sekali tidak pernah memberi tahu siapa pun. Jangan-jangan ....Natalie tiba-tiba duduk, wajahnya dipenuhi penyesalan. Dia baru teringat, alat tes kehamilan yang pernah dipakainya, sepertinya dia lupa membuangnya. Karena waktu itu pergi dengan terburu-buru, dia bahkan melupakan keberadaan alat itu. Mungkin saja barang itu tertinggal dan kebetulan ditemukan oleh Denzel.Hanya karena satu kelalaian kecil, dia tidak tahu harus menanggung akibat sebesar apa. Semakin dipikirkan, Natalie semakin menyesal.Tangannya perlahan terulur ke perutnya yang masih rata. Di tengah rasa menyesal itu, hatinya penuh gejolak dan kebingungan. Sampai p