Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin

Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin

By:  Fara KinaraOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
100Chapters
1.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Setelah berhubungan badan, Natalie menatap pria yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sixpack di perut terlihat jelas, benar-benar gagah dan menggoda. Dia tak tahan untuk melirik dua kali, tetapi pria itu tiba-tiba bertanya, "Lihat apa? Masih punya tenaga buat ronde kedua?" Semua ini berawal dari jebakan. Natalie sengaja menggoda Denzel, pengacara yang dikenal dingin terhadap wanita. Dia punya permintaan, tetapi pria itu hanya tertarik pada wajah dan tubuhnya. Kemudian, setelah tujuannya tercapai dan dia ingin menarik diri, pria itu malah memojokkannya di sudut. "Menyuap pengacara itu melanggar hukum. Mau lari ke mana?" Natalie mundur selangkah demi selangkah. "Ka ... kapan aku suap kamu?" Denzel menyahut, "Setiap tengah malam. Wajah cantikmu itu juga bentuk suap." Bagi Denzel yang telah melihat sisi gelap masyarakat dan manusia, Natalie tak berbeda dengan anak rusa yang lugu dan tak tahu takut. Gadis ini datang padanya, berbicara soal moral dan keadilan. Namun, yang diinginkan Denzel hanya satu, yaitu menarik Natalie tenggelam bersamanya dalam kegelapan.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Tubuhku masih menyimpan cairan spermanya. Kalau kalian nggak percaya, bisa periksa DNA."

Di kantor polisi, di dalam ruang interogasi, Natalie Mansyur duduk dengan leher penuh bekas cupang. Wajahnya pucat dan suaranya bergetar hebat.

Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan setelan mahal. Wajahnya tenang menghadapi tuduhan tersebut.

"Saudari Natalie, kamu yakin Pak Denzel memaksamu berhubungan badan?" Polisi yang mencatat keterangan melirik sekilas pria dengan aura kuat itu. Dia sama sekali tidak percaya bahwa Denzel sang pengacara terkenal bisa menodai wanita.

Denzel Syafar adalah pengacara top di kalangan elite ibu kota. Mana mungkin dia melanggar hukum?

Natalie mengangkat wajahnya. Matanya memerah, suaranya sengau. "Pak Polisi, apa pengacara bukan laki-laki? Apa dia nggak punya alat kelamin yang bisa berbuat kejahatan?"

Denzel mengangkat alis. Tatapannya suram saat memandang gadis yang tampak menyedihkan di depannya. "Kamu menuduhku menodaimu? Buktinya mana?"

Tatapannya dalam seperti jurang, seolah-olah bisa menembus batin. Jantung Natalie berdegup kencang. Dia mengalihkan pandangan, menggigit bibirnya. "Aku ... aku punya bukti."

Dia menyerahkan ponselnya kepada polisi. "Ada rekaman di dalamnya, kalian bisa dengar."

Polisi menyalakan rekamannya. Suara Natalie yang ketakutan langsung memenuhi ruangan, disertai tangisan memohon agar pria itu menghentikan perbuatannya. Bagian akhir rekaman bahkan tidak layak didengar anak-anak.

Polisi tampak terkejut, lalu menatap pria yang masih santai itu. "Pak Denzel ...."

"Aku memang tidur dengannya." Denzel membuka mulut, suaranya malas dan tanpa penyangkalan sedikit pun.

Karena pengakuan itu terlalu lugas, Natalie tanpa sadar meremas ujung gaunnya, muncul rasa tidak tenang.

Detik berikutnya, suara dingin Denzel kembali terdengar. "Tapi, itu karena dia yang memohon agar aku tidur dengannya."

Natalie sontak berdiri, ekspresinya penuh emosi. "Omong kosong!"

Denzel tersenyum tipis, sorot matanya mengandung ejekan. "Aku juga punya bukti."

"Bukti apa?" Natalie langsung tegang, meskipun dalam hati merasa tak mungkin. Dia merekam secara diam-diam sebagai persiapan, sementara Denzel langsung membawanya pulang dan menyeretnya ke ranjang malam itu. Bukti apa yang bisa dia miliki?

Ketegangan Natalie sedikit mereda, sampai kalimat berikutnya keluar dari mulut Denzel. "Ada CCTV di kamarku. Kalau kamu memang diperkosa, semuanya akan terlihat di sana."

Denzel mengangkat ponsel, menatap wanita di depannya dengan santai. "Perlu kutampilkan di layar besar?"

Wajah Natalie langsung pucat pasi. "Kamu ... kamu pasang CCTV di kamar?"

"Ya, demi mencegah wanita-wanita licik tertentu," jawab Denzel sambil tersenyum sinis.

Natalie panik. Dia sudah memperhitungkan banyak hal, tetapi tidak pernah menyangka Denzel memasang CCTV di kamar. Bukankah berarti seluruh adegan mereka terekam?

Kalau diputar di layar besar, reputasinya pasti hancur! Saat ini, Natalie menyesal setengah mati.

"Pak Polisi, buktinya ada di ponselku. Aku bisa membuktikan diriku nggak bersalah kapan saja." Denzel mengulurkan tangan, hendak menyerahkan ponsel kepada polisi.

"Tunggu!" Natalie tersadar, buru-buru berseru, "Aku ... aku nggak jadi menuntut!"

Wajah polisi berubah serius. "Apa maksudmu? Pelaporan itu bukan hal yang bisa kamu batalkan sesuka hati. Saudari Natalie, kamu sedang membuang-buang waktu dan energi kami!"

"Kalau Pak Denzel terbukti benar, itu artinya kamu melakukan fitnah. Itu tindak pidana, kamu bisa dipenjara!"

Natalie yang masih muda langsung gemetar ketakutan. Wajahnya memucat. "Aku ... aku ...." Dia meremas tangannya dengan panik, matanya berkaca-kaca. Tampaknya dia benar-benar ketakutan.

Denzel mengangkat pandangan dengan tenang. Saat matanya tertuju ke leher Natalie yang penuh bekas cupang, bayangan Natalie saat menangis di bawah tubuhnya muncul di benaknya. Tangisan lembut itu seakan-akan masih terngiang di telinganya.

"Sudahlah, sampai di sini saja." Denzel bangkit untuk pergi. Mengingat gadis ini masih perawan malam itu, dia enggan berurusan dengan mahasiswi yang belum lulus seperti Natalie.

Karena kedua belah pihak tak lagi menuntut, polisi pun memutuskan untuk tak memperpanjang masalah. Mereka hanya menegur Natalie sebelum membiarkannya pulang.

Cuaca di bulan Mei belum cukup hangat. Angin siang masih menggigit. Natalie keluar dari kantor polisi dengan gaun putih tipis. Dia kedinginan sampai giginya bergemeletuk.

Saat dia mendongak, sebuah mobil hitam mewah terparkir di depannya. Denzel bersandar di pintu mobil, memegang sebatang rokok yang menyala, dan meliriknya.

Natalie menggigit bibir, perlahan melangkah mendekat, mengangkat wajah mungilnya. "Kamu bisa ... hapus video itu nggak? Anggap saja semalam itu kecelakaan dan nggak pernah terjadi."

"Kecelakaan? Saat kamu datang dan menawarkan diri semalam, kamu yakin nggak tahu siapa aku?"

Denzel menggigit batang rokok, tatapannya tajam menusuk.

Natalie mengalihkan pandangan dengan gugup. "Aku nggak tahu kamu ngomong apa."

Denzel terkekeh-kekeh, suaranya dingin. "Benarkah, adik dari terdakwa Robert, Natalie?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ervina Angels
kok belum dilanjutin thorrrr
2025-07-24 00:06:55
0
user avatar
Ervina Angels
blm update thor????
2025-07-21 06:19:26
0
user avatar
Ervina Angels
belum ada updatenya kakkkk??????
2025-07-15 20:17:02
0
user avatar
Ervina Angels
kakkkk...kok g ada updatrnyeeee
2025-07-14 07:17:06
0
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status