LOGIN[ Pengacara berpendidikan tapi berbahaya VS mahasiswi kedokteran polos ] [ Hubungan fisik dulu, baru jatuh hati + perbedaan usia + sama-sama bersih + saling melengkapi + keras kepala saat jatuh cinta ] Setelah berhubungan badan, Natalie menatap pria yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sixpack di perut terlihat jelas, benar-benar gagah dan menggoda. Dia tak tahan untuk melirik dua kali, tetapi pria itu tiba-tiba bertanya, "Lihat apa? Masih punya tenaga buat ronde kedua?" Semua ini berawal dari jebakan. Natalie sengaja menggoda Denzel, pengacara yang dikenal dingin terhadap wanita. Dia punya permintaan, tetapi pria itu hanya tertarik pada wajah dan tubuhnya. Kemudian, setelah tujuannya tercapai dan dia ingin menarik diri, pria itu malah memojokkannya di sudut. "Menyuap pengacara itu melanggar hukum. Mau lari ke mana?" Natalie mundur selangkah demi selangkah. "Ka ... kapan aku suap kamu?" Denzel menyahut, "Setiap tengah malam. Wajah cantikmu itu juga bentuk suap." Bagi Denzel yang telah melihat sisi gelap masyarakat dan manusia, Natalie tak berbeda dengan anak rusa yang lugu dan tak tahu takut. Gadis ini datang padanya, berbicara soal moral dan keadilan. Namun, yang diinginkan Denzel hanya satu, yaitu menarik Natalie tenggelam bersamanya dalam kegelapan.
View MoreNatalie menatap Ainur yang sedang memarahinya. Matanya memerah. "Stella membuatku keguguran, membuatku mungkin selamanya kehilangan kemampuan untuk punya anak. Dari awal sampai sekarang, Ibu nggak pernah menanyakan keadaanku sekali pun.""Tapi demi dia, Ibu menamparku, bahkan memakiku dengan kejam. Aku ini anak kandung Ibu atau bukan sih?"Tatapan Ainur sedikit bergetar. Dia menghindari pandangan Natalie yang penuh kekecewaan, tetapi nada bicaranya tetap keras. "Stella masih muda, dia cuma terbawa emosi dan khilaf. Cukup suruh dia minta maaf padamu. Kamu nggak perlu bertindak sejauh itu, sampai merusak hubungan keluarga.""Muda?" Natalie tertawa pelan, matanya dipenuhi keputusasaan. "Tapi aku hanya dua tahun lebih tua darinya. Nggak masalah kalau Ibu cuma pilih kasih pada Kak Robert, tapi kenapa sekarang bahkan anak orang lain pun Ibu perlakukan lebih baik daripada aku? Saat Ibu memohon untuk Stella, pernahkah Ibu memikirkan betapa sakitnya aku yang kehilangan anakku?""Tapi kamu sekar
Denzel menerima berkas itu, lalu mengenakan kacamata berbingkai emas dan mulai membacanya dengan saksama.Louis melirik secangkir kopi yang sudah setengah diminum di meja, lalu tak kuasa berkata, "Kudengar Bu Ivy kali ini pulang untuk fokus pada kariernya. Dia sekarang sudah menjadi manajer umum di perusahaan keluarganya. Proyek yang akan kita jalankan ini harus berhubungan langsung dengannya. Bapak yakin ingin bekerja sama?"Denzel mengangkat pandangan dari berkas, menatap dengan sedikit bingung. "Kenapa? Ada masalah?"Louis ragu sejenak, lalu meneruskan dengan suara pelan, "Bagaimanapun juga, Bu Ivy adalah cinta pertama Bapak. Kalau proyek ini berjalan, Bapak pasti akan sering berhubungan dengannya. Kalau Bu Natalie tahu, mungkin dia akan marah."Denzel meletakkan berkas itu, menatap Louis dengan mata hitam yang dalam, lalu menyipit sedikit. "Sejak kapan kamu jadi begitu peduli pada Natalie?"Tentu saja karena dia ikut taruhan! Jelas dia berharap Natalie yang menang! Namun, hal itu j
Denzel membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah jam tangan yang harganya tidak murah."Aku nggak kekurangan jam tangan. Kamu nggak perlu kasih ke aku. Bawa kembali saja."Ivy tersenyum tipis. "Hadiah yang sudah diberikan nggak seharusnya diambil kembali. Lagi pula, dulu kamu memberiku begitu banyak hadiah. Sekarang aku cuma membalasnya, itu wajar."Denzel sedikit mengernyit. "Nggak perlu.""Denzel, apa hubungan kita sekarang sudah sedingin itu sampai kamu bahkan nggak mau menerima hadiah dariku?" Suara Ivy terdengar sedikit sedih.Denzel menggeleng. "Aku sekarang sudah punya pacar. Menerima hadiah dari wanita lain bukan hal yang pantas."Hati Ivy seolah-olah tertusuk duri tajam. Matanya dipenuhi kesedihan yang sulit diungkapkan.Dulu ketika mereka masih bersama, Denzel juga seperti ini. Menjaga jarak dari semua wanita, selalu memberi rasa aman.Dia memang berbeda dari kebanyakan pria. Terhadap wanita yang tidak memiliki hubungan dekat dengannya, dia selalu bersikap sopan dan berjarak.
Bagi seorang pria, leher adalah bagian tubuh yang sangat menggoda.Tatapan Denzel menjadi sedikit gelap. Dia perlahan mengulurkan tangan yang beruas jelas, dengan gerakan yang membawa sedikit godaan. Jemarinya menyentuh lembut leher Natalie yang jenjang dan pucat.Gerakannya lembut, tetapi penuh keinginan.Ketika ujung jarinya yang hangat menyentuh kulit itu, rasanya seperti ada arus listrik kecil mengalir, membuat tubuh Natalie bergetar halus. Bibirnya tanpa sadar sedikit terbuka, menampakkan ujung lidah mungil berwarna merah muda."Natalie ...." Suara Denzel terdengar serak, perut bawahnya terasa menegang. Jakunnya bergerak naik turun, sementara tatapannya semakin dalam dan gelap.Tepat ketika dia hendak berbuat sesuatu, ponsel di saku celananya berdering tidak pada waktunya.Denzel langsung menolak panggilan itu, menunduk ingin mencium Natalie. Namun, ponsel kembali berdering."Kamu angkat dulu saja," ujar Natalie dengan wajah memerah sambil mendorongnya pelan.Denzel menyentuh pipi
Natalie tertegun sejenak, tidak menyangka Denzel bisa menebak dengan tepat.Melihat ekspresi Natalie, Denzel langsung tahu tebakannya benar. Dia perlahan-lahan memegang wajah Natalie, lalu menatap Natalie dengan fokus dan berkata dengan ekspresi yang sangat serius, "Janji padaku. Nggak peduli apa pun yang dikatakan ayahku, kamu nggak akan pernah meninggalkanku. Mengerti?"Melihat tatapan Denzel yang dalam, hati Natalie merasa terharu. Dia yang tadinya masih ragu pun perlahan-lahan menjadi yakin dan menganggukkan kepala dengan sungguh-sungguh. "Baiklah, aku nggak akan pernah meninggalkanmu."Denzel memeluk Natalie dengan erat, seolah-olah ingin menyimpan Natalie ke dalam tubuhnya.Saat pipi Natalie menempel erat di dada Denzel yang kekar dan hangat sampai bisa mendengar detak jantung Denzel yang jelas dan bertenaga, dia makin bisa merasakan cinta Denzel yang membara. Denzel benar-benar mencintainya.Meskipun ekspresi Natalie menunjukkan senyuman bahagia dan manis, hidungnya terasa agak
Darren mengeluarkan selembar cek dan meletakkannya di depan Natalie. "Aku harap kamu bisa inisiatif berpisah dengannya. Kita bisa membuat kesepakatan, kamu boleh pergi ke luar negeri selama lima tahun. Kalau selama itu Denzel tetap nggak bisa melupakanmu, meskipun kalian nggak bisa punya anak lagi pun aku akan setuju kalian menikah."Setelah mengatakan itu, Darren berdiri dan melangkah ke arah pintu. "Kamu nggak perlu buru-buru menjawabku, kamu punya banyak waktu untuk berpikir. Setelah selesai berpikir, kamu baru datang mencariku saja."Begitu keluar dari rumah, Darren bertemu dengan Denzel yang keluar dari lift.Ekspresi Denzel langsung menjadi muram, jelas tidak senang melihat Darren. "Untuk apa kamu datang ke rumahku?"Denzel berpikir jika ayahnya muncul, pasti ada masalah.Menyadari putranya tidak tersenyum saat melihatnya, ekspresi Darren juga ikut menjadi muram. "Kenapa? Aku nggak boleh datang ke sini ya?"Denzel menatap Darren dengan tatapan penuh peringatan dan berkata dengan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments