“Ada saat di mana seseorang tidak mati… tapi juga tidak hidup di mana pun.”Naira membuka matanya dalam hening yang tidak ia kenali. Langit di atasnya kelabu, seolah seluruh warna dunia telah disedot keluar. Ia berbaring di atas tanah yang berdenyut—seperti jantung raksasa—dan di ujung cakrawala, terlihat siluet Revan berdiri di antara kabut, tak bergerak, tak juga memudar.Ia mencoba memanggilnya. “Revan!” Suaranya menggema aneh, memantul di udara, tapi tak satu pun gema itu kembali padanya. Ia berdiri, langkahnya goyah. Tanah yang diinjak terasa rapuh, seolah hanya ilusi.Revan menoleh perlahan. Separuh wajahnya utuh, separuh lagi retak seperti porselen yang menahan sesuatu di baliknya. Dari celah retakan itu, darah hitam menetes, mengalir ke tanah, membentuk garis-garis yang melingkari mereka berdua.“Kau datang terlalu jauh,” suaranya datar, nyaris tanpa emosi. “Dan sekarang, kau harus melihat apa yang tersisa dariku.”Ketika Naira mendekat, garis hitam di tanah mulai berdenyut, m
Terakhir Diperbarui : 2025-11-13 Baca selengkapnya