“Dunia tidak melupakan karena ia kejam. Ia melupakan karena mengingat terlalu banyak akan membuatnya hancur.”Lira berdiri di tengah lembah tinta yang kini beku. Setiap tetes hitam di tanah tampak seperti kaca—memantulkan bayangan dari masa lalu yang berputar tanpa suara. Langit di atasnya sunyi, seolah dunia menahan napas setelah apa yang baru saja ia tulis. Namun, dalam kesunyian itu, sesuatu berbisik di dalam kepalanya: satu hari lagi hilang.Ia berusaha mengingat, tapi bayangan wajah Naira mulai kabur. Yang tersisa hanya perasaan hangat di dadanya, samar tapi mengikat. Ia menatap keris putih di tangannya, bilahnya kini berkilat lemah. Di sisi bilah itu, muncul garis baru, seperti goresan tinta:“Hari Ketiga: Dunia bersaksi.”Tiba-tiba tanah bergetar. Dari permukaan lembah yang mengeras, muncul pilar-pilar hitam menjulang, masing-masing memancarkan cahaya samar. Di ujung setiap pilar, terbentuk wajah-wajah manusia—berputar, berbisik, menangis. Mereka bukan arwah, bukan juga manusia
Terakhir Diperbarui : 2025-11-17 Baca selengkapnya