Daripada terus larut dalam duka, Esme memaksa dirinya bangkit. Ia tahu air mata tak akan menyelesaikan apa pun. Dengan langkah gontai, Esme masuk ke kamar mandi. Di sana, ia menyalakan shower, membiarkan derasnya air menimpa kepala, wajah, dan tubuhnya. Air yang mengalir bercampur dengan sisa air mata yang masih membekas.Untuk sesaat, Esme menutup mata. Merasakan bagaimana dingin air menyapu kulitnya, seolah sedang membersihkan hatinya dari luka. Kini, ia hanya bisa berserah pada suratan takdir. Sejak awal, pernikahannya dengan Reinan memang dipaksakan oleh keadaan. Jika Reinan akhirnya memilih Isabella, maka ia harus belajar mengikhlaskan. Ia bisa kembali ke kehidupannya semula: bekerja, merawat ibunya, dan menjalani hari-hari tanpa cinta.Namun, mengapa ada bagian dari dirinya yang terasa kosong bila kehilangan Reinan?Pertanyaan tersebut hanya bergaung dalam batin, tak ada jawaban. Yang ada hanyalah kepasrahan yang getir.Sementara itu, dari kejauhan, suara deru mobil terdengar m
Last Updated : 2025-09-01 Read more