Reinan menatap istrinya lekat-lekat, seolah ingin membaca isi hatinya yang terdalam. “Esme, kamu mendengar semuanya, kan?Esme mengangguk pelan. “Iya, aku mendengarnya.”Melihat kebimbangan di mata Reinan, Esme meraih tangan pria itu dan menggenggamnya erat. Ia yakin sang suami sedang mengalami dilema, antara keinginan menolong Isabella, tetapi juga khawatir membuatnya salah paham.“Pulanglah dan bantu Isabella, Rein. Dia teman masa kecilmu, pernah sangat dekat denganmu. Mungkin dia sangat kecewa karena kamu pergi tiba-tiba semalam,” tutur Esme. “Hanya kamu yang bisa membujuknya."Sorot mata Reinan meredup, tergores rasa bersalah dan kagum sekaligus. Tangannya terulur membelai pucuk kepala Esme dengan penuh kelembutan, seperti ingin mengabadikan kebaikan hati itu di dalam dirinya. “Kamu memang pantas menjadi Cinderella-ku,” tuturnya lirih. “Hati sebaik ini… hanya kamu yang punya.”Reinan merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam berkilau dari dalam dompet
Last Updated : 2025-09-05 Read more