Esme tak sanggup berkata apa pun. Seluruh tubuhnya menegang, ingin menjauh tetapi tak mampu. Kehangatan Reinan begitu dekat, begitu nyata, seolah menyelimuti hatinya yang sangat rapuh.“P-parfum ini buatan Mama,” suaranya keluar lirih, terbata. “Mama membuat banyak parfum dengan aroma unik. Kalau kamu mau, aku bisa membuatkan.”Reinan menatapnya, alisnya berkerut dalam, seperti mencoba menangkap sesuatu di ingatan. Namun, beberapa detik kemudian, pelukan itu terlepas. Reinan membalikkan badan tanpa penjelasan, merebahkan kepala di bantal, lalu memejamkan mata.“Aku suka aromanya… Tapi sekarang aku ngantuk,” gumamnya, lantas menarik selimut hingga ke dagu.Esme menghela napas panjang, menatap punggung itu dengan dada berdebar tak karuan. Kehangatan yang baru saja menelannya kini terganti dengan jarak yang membingungkan.Perlahan, ia menghela napas, meraba dadanya yang terasa sesak. Tatapan Reinan tadi, suaranya yang dalam, pelukan yang terlalu erat—semuanya membuat hatinya gamang. Reina
Terakhir Diperbarui : 2025-07-02 Baca selengkapnya