Malam itu seakan menahan napas. Bulan separuh menggantung pucat di langit, menyinari wajah tiga lelaki yang berdiri di tanah penuh kenangan—Pak Slamet, Pak Bowo, dan Arya yang mencoba memahami beban sejarah keluarga.Pak Slamet menarik napas panjang, matanya berkabut. “Arya… Sekar… ada hal yang lebih pahit daripada sekadar soal rumah warisan. Malam berdarah itu… sebenarnya juga tentang cinta.”Arya mengernyit, terkejut. “Cinta? Ayah maksudnya…?”Pak Bowo tertawa getir, pahit, seperti orang yang sudah terlalu lama menyimpan bara. “Ya. Cinta, Arya. Bukan hanya harta. Malam itu kami bertarung… karena kami jatuh cinta pada perempuan yang sama.”Sekar menahan napas, tubuhnya menegang. Ia melirik Arya, wajah suaminya tampak kaku, sulit mem
Última actualización : 2025-09-22 Leer más