Suara ranting diinjak terdengar lagi, membuat Eveline memutar tubuhnya dengan cepat, matanya menajam, menatap ke arah semak gelap yang bergoyang perlahan.“Suara apa itu? Aku mendengarnya dari tadi,” gumamnya, nada suaranya menegang.Rhett menoleh ke arah semak yang sama, matanya tampak tenang namun penuh kewaspadaan. “Mungkin hanya hewan malam, Nona...” katanya, meski ia tetap siaga.Eveline terdiam sesaat sebelum mengangkat pandangannya. Bibirnya terbuka perlahan, mengingat identitas barunya.“Aku... E... Elia... ya, Elia,” ucapnya dengan gugup, memperbaiki ucapannya sebelum kembali memeriksa keadaan sekitar.“Nona Elia... kau bisa memanggilku Azrel,” ujar Rhett, menyebut nama samaran yang ia pilih agar Lady Eveline tidak menaruh curiga.Eveline mengangguk kecil. “Baiklah, Azrel.”Rhett melirik ke arah warga yang tertidur lelap di balai kayu reyot itu. “Apa Nona Elia sering melakukan ini?” tanyanya, nada suaranya tenang namun penuh rasa ingin tahu.Eveline mengerutkan kening. “Melak
Last Updated : 2025-07-08 Read more