All Chapters of Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam: Chapter 261 - Chapter 270

Rad melangkah ke area utama rumah yang menjadi pusat dari clan Rosseate. Tempat dimana Nox tinggal bersama dengan Astrid. Bree kemungkinan besar juga ada di sana, tetapi Rad tidak menemukan jejak aroma Bree dimana pun. Aromanya telah tertutup sempurna oleh aroma menjijikkan yang tersebar di sana. Sambil mengeluh dalam hati, Rad meneruskan langkah, sambil mengamati sekitar tempat itu. Tidak banyak berubah, seperti yang ada dalam ingatan Rad. Dia dulu juga tinggal di sana, bersama ibunya, karena status ibunya tentu saja. Tapi kemudian mereka pindah ke bagian luar pemukiman, karena ayahnya ingin lebih sering bertemu dengan Rad dan ibunya mengabulkan itu. Menurut yang ingat Rad, setelah keputusan itu, Nox dan ibunya menjadi jauh. Amory memang mengabulkan permintaan Nicholas, tapi tanpa persetujuan Nox. Amory menyetujui permintaan Nicholas, dengan pertimbangan Rad masih membutuhkan nama Valois. Dia tidak mungkin menolak permintaan Nicholas, karena bagaimanapun dia yang akan mewariska

“Mere.” Rad menghentikan pukulan tangan Amory--seperti Astrid tadi, tapi kali ini gerakannya benar, Rad merengkuh tubuh mungil Amory dan memeluknya. “Aku minta maaf karena telah membuatmu kecewa, Mere. Tapi ini bukan sesuatu yang bisa aku batalkan atau aku tarik lagi. Sudah terjadi.” Rad berbisik selirih mungkin, berharap hanya ibunya yang mendengar. Tapi ruangan itu begitu sunyi, sementara semua yang ada di sana memiliki telinga yang amat tajam. “Kau akan mati, Rad. Aku akan melihatmu mati! Aku tidak mau melihatmu mati! Aku tidak mau menguburkanmu, seperti saat aku menguburkan ayahku.” Amory terisak dalam pelukan Rad, sementara Rad mengelus punggungnya. Salah satu makam yang dilihat Rad memang adalah makam ayah dari Amory, lalu ada Ibu dari Nox, dan juga orang tua dari tetua yang saat ini ada di hadapan Rad. Tokoh-tokoh penting yang mendirikan Clan Rosseate. Rad tentu saja tidak pernah bertemu dengan kakek dari sisi Amory, karena dia meninggal jauh sebelum Rad lahir. Kenangan y

"Apa kau sudah bosan hidup?" Rad mendesis, sementara kembali berdiri dan membawa Bree dalam gendongannya. Mata Rad sudah selangkah lagi menuju hitam saat memandang Astrid. Tapi dia berhasil menguasai diri. Sekarang bukan saatnya untuk mengamuk. Bagaimanapun Astrid adalah putri Nox “Rad, sadarlah! Dia penyihir! Benar kata Ibumu.” Astrid mencoba bangun dan berdiri. Sambil memegang dadanya, karena akibat lemparan itu menyakitkan. Astrid mungkin tidak terluka, tapi tembok yang ada di belakang Astrid terlihat remuk akibat benturan itu. “Kau itu sebenarnya kenapa? Kemarin kau begitu fokus untuk mencapai tujuan kita! Tidak peduli dengan apapun!” lanjut Astrid. Rad mendesis. “Yang baru kau bicarakan itu adalah batu yang tak punya perasaan. Tubuh kosong yang hanya hidup untuk bekerja dan menuruti perintah, tapi sekarang tidak lagi. Aku punya keinginan, keinginan kuat yang mungkin tidak akan kau mengerti, karena kau juga batu!” “Kau bicara apa?” Astrid jelas tak paham dengan metafora bat

“Dia bukan manusia?” tanya Amory“Tidak seutuhnya. Kejadian dia bisa mengulang waktu yang aku ceritakan dulu, karena ibu dari Bree adalah seorang Imperfect. Dan mungkin dia mewarisi sebagian kemampuan dari ibunya.” Amory melirik ke arah pintu. Jelas saja sangat penasaran, dia bertemu hal baru. “Kalau begitu mungkin dia akan berumur panjang!” seru Amory. “Oh… Itu.” Rad menunduk. “Tubuh Bree lebih mendekati manusia.” Bree normal. Dia tidak seperti Abel yang bahkan tak bisa makan makanan manusia. “Berarti dia lemah seperti manusia, sama saja!” Amory mengungkap kesal dan memaki setelahnya. Rad mendesah, lalu meraih kedua bahu Ibunya. “Mere, dia akan lemah jika kau terus menunjuknya sebagai lemah, dan kau melupakan apa yang aku katakan tadi. Bree menyelamatkan nyawaku. Dia membuatku tetap berdiri di sini sekarang. Dia memberikan darahnya padaku, membuatku hidup. Tidakkah itu menurutmu hebat?” Amory melepaskan tangan Rad, lalu duduk menghempaskan diri di ranjang. Masih tidak menatap

“Mungkin setelah ini aku harus ikut kemanapun kalian berdua pergi.” Abel menggelengkan kepala saat mendengar kisah kejadian kemarin, sambil menyorongkan cangkir teh yang masih terisi penuh mendekat ke arah piring Bree, yang sudah akan habis isinya. Bree sedang sedang menikmati sarapan yang terlalu pagi, karena fajar baru saja menyingsing. Ada dua pria yang menemani Bree sarapan pagi ini, selain Rad, ada juga Abel yang penasaran kenapa mereka berdua menghilang sejak kemarin. Dan tentu kaget setelah tahu apa yang terjadi. “Aku bisa menjaganya sendiri,” sergah Rad. Dia terlihat kesal, merasa Abel meremehkan kekuatannya. “Aku tidak mengatakan kau tak bisa menjaga Bree, hanya saja yang kalian hadapi kali ini adalah lawan yang mengerikan. Kau tak sadar? Kau baru saja melawan pimpinan klan vampire yang berusia ratusan kali lipat darimu!” Abel mengomel sambil memandang Rad. “Apa usia vampir dan kemampuannya berbanding lurus? Semakin tua berarti semakin berbahaya?” tanya Bree. “Biasanya