Pagi itu, Surabaya masih sibuk dengan sisa euforia peresmian mall baru. Jalanan sekitar venue dipenuhi kendaraan, banner ucapan selamat masih berkibar di udara yang sedikit berdebu.Namun di kamar hotel lantai delapan, Tavira justru terbaring lemah. Tubuhnya panas, kepala berat, dan seluruh sendi terasa remuk. Malam penuh tangis rupanya membekas dalam raga.Ia menggeliat pelan di atas ranjang, meraih ponselnya dengan tangan gemetar. Dengan susah payah, ia mengetik pesan singkat pada Karan.‘Karan… maaf, aku merasa nggak enak badan.’Pesan itu terkirim. Tavira menutup mata, berharap Karan mengerti.Tak sampai lima belas menit kemudian, suara ketukan terdengar di pintu. Disusul suara panik Karan.“Tavira, kau di dalam?”Tavira berusaha bangun, namun tubuhnya terlalu lemah.“Masuk saja,” serunya pelan.Pintu terbuka. Karan masuk dengan wajah khawatir, diikuti seorang pria paruh baya yang membawa tas medis.“
Last Updated : 2025-10-22 Read more