All Chapters of Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!: Chapter 41 - Chapter 47

"Itu hal yang masuk akal, Chloe! Bisa jadi Diego tertukar dengan anakmu yang ada pada Caesar!" Amelia menatap Chloe dengan wajah seriusnya dan membenarkan apa yang Chloe pikirkan. "Terlebih lagi, sore tadi kau bilang kau melihat triplets ke penitipan, kan? Kalau mereka tidak biasa ke sana, tidak mungkin anak-anak itu berani masuk ke penitipan!" seru Amelia mengimbuhi. Chloe mengangguk. "Iya, Kak. Aku juga memikirkan hal itu sejak tadi," jawabnya. "Tetapi, saat aku bertanya pada Dylan tadi, dia mengatakan padaku kalau dia tidak melihat ada tiga anak yang datang ke penitipan." "Chloe, mereka memang anak-anak, tapi si kembar juga bisa lebih cerdik dari orang dewasa. Anak-anakmu itu memiliki pemikiran yang brilian. Mereka sangat pintar dan cerdas melebihi anak-anaknya pada umumnya!" "Aku tahu itu, Kak…." Chloe mengusap wajahnya pelan. Ia masih merasa ragu. Ia kembali menatap ke arah Dylan yang asik memakan donat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Alvano yang kini duduk di so

Alvino terlihat sangat sedih. Ia duduk menyendiri di teras samping rumah, sambil menyeka air matanya sesekali. Alvino mengusir Caesar dan Vidia maupun Eric yang berusaha untuk membujuknya agar tidak menangis. Ia ingin sendirian di sana, tidak mau diganggu oleh siapapun. "Ekhem ... dengar-dengar julukan si cengeng sekarang pindah ke anak itu, Adele!" Suara Diego dari balik pintu membuat Alvino menoleh. Di sana, ada Diego dan Adele yang sejak tadi mengintip Alvino marah-marah pada Caesar dan Vidia. "Iya, sekarang Princess sudah tidak menangis. Yang menangis justru Alvino," jawab Adele menatap Alvino. "Kalian," cicit Alvino menyeka air matanya. "Ke sini, deh…." Ia melambaikan tangannya pada Diego dan Adele. Diego dan Adele segera mendekati Alvino. Diego duduk di hadapan Alvino dan menatap wajah sedih kembarannya. Meskipun jahil dan nakal, tetapi Diego merasa kasihan saat memperhatikan wajah Alvino sampai memerah seperti ini. "Kenapa, Alvino? Nenek Sihir itu membuatmu dimar

Sementara di tempat lain, Alvino baru saja turun dari dalam bus yang Berhenti di dekat rumah sakit kota. Anak itu berdiri di tepi jalan dan tersenyum melambaikan tangannya pada sopir bus yang mengantarkannya. "Bye-bye, Pak Sopir, hati-hati di jalan, ya." Alvino tersenyum hangat. Sopir bus itu mengangguk dan tersenyum melambaikan tangannya sebelum bus berwarna merah yang kini kembali melaju pergi. Alvino berjalan ke arah rumah sakit sambil memegangi tali tas berwarna kuning yang ia pakai. Anak itu cemberut sedih, ia ingin segera bertemu dengan Chloe dan memeluknya. "Mommy, Alvino datang," lirih anak itu berlari masuk ke dalam rumah sakit. Kedua mata Alvino berkaca-kaca, teringat Vidia membentaknya, memarahinya, dan Alvino mengetahui kenyataan bahwa selama ini wanita yang jahat itu bukanlah Mama kandungnya. Kenapa? Kenapa Papanya justru memisahkannya dengan Mama kandung yang sesungguhnya? Alvino berlari sambil sesekali menyeka air matanya. Anak itu melihat dua orang wanita

"Tuan Caesar, jangan salah paham dulu." Chloe menatap laki-laki itu dengan wajah panik dan canggung. Caesar tampak masih terkejut saat Alvino memanggil Chloe dengan sebutan Mommy. "Sudah, Mom ... tidak usah dijelaskan pada Daddy. Daddy tidak akan paham, Daddy-ku orangnya tidak peka. Mommy jangan buang-buang tenaga untuk menjelaskan padanya!" Alvino menangkup kedua pipi Chloe dan menatapnya dengan bibir manyun. "Sayang, tapi Daddy-nya Alvino—" "Tidak boleh!" Anak itu memekik dengan alis tebalnya yang bertaut marah. Caesar berdehem pelan dan menganggukkan kepalanya pada Chloe. Seolah isyarat dari laki-laki itu untuk meminta Chloe agar menuruti keinginan Alvino. Untuk kali pertama Caesar melihat Alvino begitu manja pada seseorang. Anaknya yang biasanya sangat anti terhadap siapapun, bisa semanja ini pada Chloe. "Mom, minta orang ini pulang saja! Alvino mau ikut Mommy!" seru Alvino cemberut sambil menunjuk ke arah Caesar tanpa menatapnya sedikitpun. Chloe tersenyum manis, i