All Chapters of KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!: Chapter 31 - Chapter 40

Laras terbangun, disisinya Bima dengan nyenyak tidur. Nafasnya teratur, wajah damai dan polos, membuat Laras menyunggingkan senyumnya.Teringat malam yang Merema habiskan, membuat rona di pipi Laras kembali hadir. Untung saja Bima sedang terlelap bisa habis digoda hingga tak ada ampun."Gagah banget sih!" Laras menutup wajahnya dengan bantal, malu sendiri saat teringat setiap aktivitas menggairahkannya bersama Bima."Pecah telor!" Laras melirik kebawah, ada noda yang membanggakan."Duh," Saat menggeser perlahan tubuhnya hendak turun ke kamar mandi, Laras merasakan intinya nyeri, "Itu sih bukan belut lagi! Arapaima! Gak sangka Si Om! Masih Ok juga urusan Skidipapap!"Laras menuju kamar mandi, membersihkan diri.Bima membuka mata, terkejut saat Laras tak ada disampingnya, namun tak lama terdengar suara gemericik air daei kamar mandi, awalnya ngantuk namun terlintas ide menyenangkan dipagi hari dan sayang jika terlewatkan.Laras asik menikmati pancuran aie shower yang terasa hangat meng

Dua minggu setelah mengantar Alex ke Rumah Sehat, hari ini di sebuah Ballroom Hotel, Laras didampingi Oleh Kedua Orang Tua dan Suami, mengikuti Wisuda.Rasa bahagia, haru dan lega bercampur jadi satu melebur dalam suasana penuh sukacita.Kirana Larasati, IPK 3.9, Lulus Dengan Pujian.Senyum Laras mengembang, seiring dipindahkannya tali tiga da Laras penuh senyum saat menyalami dewan senat yang turut memberikan selamat kepadanya.Dengan senyum lebar, Laras meninggikan piagam kelulusannya menatap ketiga orang yang dengan penuh rasa bangga menantinya turun ingin segera memeluk dan memberi selamat."Papa, Mama, Makasi." Laras memeluk Papa Rasyid dan Mama Lana bergantian."Anak Papa hebat." Papa Rasyid memeluk Putrinya. "Mama bangga deh sama Kamu!" Mama Lana memeluk Laras, mengecup pipi putrinya, bahagia."Selamat ya Sayang, Mas bangga!" Bima tak segan memeluk Laras dihadapan kedua Mertuanya. Laras juga lupa seakan Ia dan Bima hanya berdua saja."Eh iya, ada Papa sama Mama," Laras dan Bim

Laras membantu Bima, menyiapkan kebutuhan dan pakaian ganti selama Bima di LA.Bima tersenyum. Hatinya menghangat. Selama hidupnya baru kali ini ada seseorang tang benar-benar mengurusnya dan Bima bersyukur, Laras Istrinya adalah anugrah terindah yang tak pernah Bima duga sebelumnya."Mas, ini pakaian Kamu untuk meeting Aku bawakan tiga stel lengkap, sama pakaian santai tiga juga, alat mandi, parfum juga udah. Apa lagi ya?" Laras masih menatap isi koper yang sedang Ia tata, mengabsen satu persatu barang yang akan dibawa oleh Bima."Oh ya, sepatu! Kok bisa lupa sih!" Gesit sekali Laras kesana kemari membuat Bima gemas. Andai disana tidak sesibuk itu sudah tentu akan Ia bawa saja Istrinya."Sayang, Kamu jadi repot begini, dari tadi sibuk menyiapkan kebutuhan Mas, tapi lupa satu hal,""Loh iya kah?" Laras pikir yang Bima maksud adalah barang atau kebutuhan yang akan dibawa selama di LA."Sayang," Bima selesai memakai jasnya menghampiri Laras untuk minta dipakaikan dasi."Uluh, manjanya S

"Aduh-Aduh, yang senyum-senyum begini, biasanya habis di chat Suami pasti! Iya kan?" Rania mengerling nakal menggoda Laras yang ketahuan mesam mesem saat membaca chat dari Bima, Suaminya.Laras melipat bibirnya, mengulum senyum malu-malu, ketahuan, Rania malah semakin senang menggoda Laras."Fix sih! Kayaknya Gue bakal cepet punya ponakan! Ah! Bayanginnya aja seneng! Nanti ada yang manggil Gue Onty Rania!" Saking senangnya berimajinasi Laras dan Bima punya anak, Rania bertepuk tangan semangat."Ran, pelan dikit kali ya, tuh diliatin!" Laras berbisik, melihat sekeliling, pengunjung salon lain memperhatikan Mereka berdua."Sorry," Balas berbisik, Rania dengan senyum malu, karena jadi pusat perhatian."Ran, ini seriusan Kita treatment begini?" Laras sejujurnya sih gak buta-buta banget dengan yang namanya treatment tapi sekomplit sekarang dan memang Rania berinisiatif agar Laras ambil treatment khusus untuk persiapan pernikahan, ala-ala perawatan pra nikah."Gue tahu dari nyokap. Nyokap G

"Ka, jangan lupa, Kamu handle untuk meeting siang ini dan satu lagi pastikan Temannya Istriku Kamu orientasi dengan baik.""Humph," Raka menghela nafas. Panjang sekali. Seperti sedang melatih senam pernafasan. Inhale, Exhale."Kalau bukan titipan Nyonya Boss, males mesti ngurus Gen Z." Raka kembali melanjutkan pekerjaannya, sekilas teringat pesan Si Boss membuatnya teralihkan sejenak.*"Serius Kamu kerja Ran?" Bunda Rita, Ibu dari Rania menyangsikan sang Putri yang sejak tadi sudah sibuk mempersiapkan diri, mematut dengan sempurna dan memastikan semua sudah siap paripurna tanpa cela."Bunda gak percayaan banget sama anak sendiri. Ayah, Istrinya nih!" Rania dan Bunda Rita, adalah penyemarak dan semangat Ayah Randy dalam menjalani hidup. Cinta Ayah Randy habis untuk kedua wanita yang begitu menceriakan hari-harinya."Sayangnya Ayah, Kamu harus tanggung jawab ya jika memang diterima kerja di Kantornya Suami Temanmu itu. Bagaimanapun kepercayaan yang temanmu berikan harus Kamu jaga denga