"Pa, jangan mati dulu, Laras belum wisuda masa nanti foto Laras pas pakai toga gak ada Papa." "Pak Rasyid, bangun Pak, Saya akan tanggung jawab menikahi Laras." Papa Rasyid membuka matanya, tatapannya masih abu-abu, cahaya masuk menyilaukan mata hingga Ia menyipitkan kedua bola matanya sambil memulihkan kesadarannya. Perlahan Mama Lana membantu Papa Rasyid terbangun dan kini dalam kondisi masih lemas Papa Rasyid bergantian menatap Laras dan Bima, " Papa akan nikahkan Kalian, SEKARANG!"
View More"Akhhhhhhhh!"
Teriakan seorang Perempuan menggema di sebuah kamar hotel mewah. Dengan nafas tersengal, membuat dada si Perempuan naik turun dan seketika selimut yang menutupi tubuh polosnya melorot dan kembali teriakan itu memenuhi kamar President Suite yang kini terasa asing baginya. Tak cukup sampai disini, dirinya dibuat terkejut manakala sosok yang begitu Ia kenal namun tak ada dalam pikirannya bahwa kini saat Ia terbangun dan berada diatas ranjang mewah kamar hotel dengan tubuh polos dan hanya dibalut okeh selimut putih tebal kini menatap nyalang pada Pria yang ada dihadapannya tampak baru selesai mandi dengan hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi bagian pusatlr hingga lutut Sang Pria. "Kamu sudah bangun?" Tatapan dingin dengan suara setenang air dalam telaga, Ia berjalan mendekati Perempuan yang kini masih bingunh drngan situasi yang terjadi. "Om Bima! Apa yang Om lakukan padaku!" Sambil mengernyitkan dahi dan langkah pelan mendekati Sang Gadis yang kini menjaga jarak waspada dan tatapan setajam silet menusuk netra tajam Bima. "Seharusnya, Aku yang bertanya kepadamu? Apa yang semalam Kamu lakukan dengan Alex?" Bima, Pria yang masih menggunakan handuk sebatas lutut kini menunduk mendekati Laras, Perempuan yang seharusnya menjadi Calon Menantunya. Laras sejenak teringat apa yang terjadi kemarin. "Brengsek!" Laras memukul sisi ranjang, amarahnya kembali membuncah saat kembali mengingat kejadian kemarin yang membuat dunianya terbalik. Alex. Laki-laki yang menjalin kasih dengannya selama dua tahun, kemarin Laras berniat untuk memberikan kejutan anniversary Mereka yang kedua namun justru Laras yang mendaoat kejutan dari Alex dan Bella. "Sudah ingat?" Tatapan Bima masih menyorot tajam. "Om sama anak Om itu, Laki-laki paling brengsek yang pernah Aku temui!" Laras memalingkan wajahnya. Entah apa yang saat ini ada dalam pikiran Laras. Otak laras tak bisa berpikir jernih. Mendapati dirinya terbangun hanya dengan selembar selimut yang menutupi tubuh polosnya dengan hanya berdua dengan Bima, Pria yang merupakan Ayah dari Alex sudah membuat Laras pusing tujuh keliling. Tok! Tok! Tok! Tanpa pamit, Bima segera kekuar kamar, membukakan pintu untuk seseorang yang sudah datang. "Terima kasih." "Tuan, apakah Tuan butuh bantuan lagi?" "Oh iya, Anita, tolong Kamu berikan ini kepada Laras di kamar. Dia baru saja bangun. Dan tolong pastikan Dia segera bersiap." "Baik Tuan, Saya permisi melihat Nona Laras. Oh ya Tuan, Saya juga sudah mencari keberadaan Alex dan ini info yang Saya terima." Asisten Bima yang bernama Anita memberikan sebuah tablet kepada Bima dan Bima tampak menghela nafas berat. Raut wajahnya menegang dan terlihat amarah tertahan dari wajah tampan meski usianya sudah tak lagi muda. "Nona Laras silahkan Nona pakai ini, dan segera bersiap karena Tuan Bima menunggu Nona." Laras menatap selidik pada Anita, "Apa semalam Kamu tahu apa yang terjadi?" "Jelas Saya tahu Nona. Nona mabuk di Club dan Tuan Bima membawa Nona ke Hotel." "Jadi maksud Kamu, Om Bima sengaja bawa Aku kesini dan Dia sudah melecehkan Aku!" "Nona salah paham. Semalam Nona mabuk berat dan muntah. Saya awalnya datang membawa baju namun tidak muat, karena tubuh Nona lebih berisi dari Saya karena sudah malam, Saya terpaksa membungkus Nona hanya dengan selimut tebal saja." Laras tak tahu lagi harus berkata apa, Ia masih belum sepenuhnya percaya dengan kata-kata Perempuan berkacamata di hadapannya. Laras meraih goody bag yang diberikan Anita dan membawanya ke kamar mandi. "Tapi gak ada noda darah dan Aku gak merasa sakit diarea kewanitaanku." Laras bukan perempuan yang polos-polos amat. Meski Ia sangat menjaga pergaulannya. Walau dua tahun Ia berpacaran dengan Alex, Laras tak pernah mau memberikan hal paling berharga miliknya, baginya keperawanan adalah harga mati dan hanya akan Laras persembahkan pada Pria yang kelak akan menjadi Suaminya. Dulu, sebelum kejadian semalam, Laras berharap hubungannya dengan Alex bisa berjalan hingga ke pelaminan. Namun apa yang Laras saksikan semalam sudah cukup membuatnya sakit dan keoutisan Laras adalah SELESAI! "Tuan, Nona Laras sedang mandi, kalau begitu Saya pamit." "Ya, terima kasih Anita, oh ya sampaikan pada Rangga, wakili saja untuk rapat pagi ini." "Baik Tuan, Kalau begitu Saya permisi." Sepeninggal Asistennya, Bima kembali menatap foto dan bukti-bukti yang diberikan Anita terkait Putranya, Alex. "Alex! Kamu benar-benar buat Papa pusing!" Bima meletakkan tablet dan memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata. Laras selesai mandi dan memakai pakaian pemberian Bima. "Bagaimanapun, Om Bima harus tanggung jawab! Alex, Lu pikir bisa ngancurin Gue! OH NO! Ga ada lagi Laras tang lemah dan mengalah Lex! Tega-teganya Lu selingkuh sama Bella! Bella Lu juga, sahabat macam apa tega ngangkang sama pacar sahabatnya!" Laras memukul cermin di kamar mandi yang kini Ia jadikan pelampiasan amarahnya. "Kamu sudah rapi, mau sarapan apa dan dimana? Setelah ini, Saya akan antar Kamu pulang." "Terserah Om!" Bima tak mau ambil pusing, baginya selama ini perusahaan dan Alex sudah memenuhi seluruh isi kepala dan hidupnya. Laras memakan makanan yang Ia pesan di Restoran hotel dengan lahap. Bima menatap dengan seksama, "Kenapa Dia seperti gak makan seminggu?" Sadar ditatap oleh Bima Laras memicingkan matanya, "Om kenapa? Mau mesum ya?" Tuduh Laras sambil kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Meski kesal, marah dan campur aduk namun perut lapar tak bisa diajak kompromi dan makanan menjadi pelampiasan Laras saat ini. "Kamu laper banget ya? Mau tambah?" "Maksud Om apa? Aku rakus begitu?" Bima menggeleng, "Ya enggak begitu Laras, Saya hanya bertanya, kalau Kamu tidak mau ya tidak apa-apa. Gak usah emosi." "Sepertinya berurusan dengan Om dan Anak Om membuat Saya gak bisa nahan emosi!" "Memang ada apa dengan Kamu dan Alex? Kenapa Kamu semalam mabuk-mabukkan di Club?" "Anak Om, Alex semalam tidur dengan sahabat Saya Bella di Apartemennya! Om tanya kenapa Saya mabuk-mabukan? Seharusnya Saya yang tanya sama Om, kenapa Om bawa Saya ke hotel dan Lepasin baju Saya!" Laras meletakkan sendok dan garpunya di sisi piring dengan keras. "Kamu malah membuat semua orang disini menatap kearah Kita. Ayo, sebaiknya Saya antar Kamu pulang!" Tentu saja Bima tak mau membuat semua orang di Restoran salah paham akan apa yang saat ini Mereka lihat. "Enggak! Biar aja! Biar semua orang tahu, kalo Om dan Anak Om itu sudah bikin Saya hancur!" Teriak Laras seketika memancing kemarahan Bima. "Sepertinya Kamu memang gak bisa diajak bicara baik-baik!" Bima tak butuh waktu lama, segera melangkah ke sisi Laras dan kini menggendong Laras bagai karung beras di bahunya. "Maaf, Istri Saya sedang tidak sehat!" Saat melewati beberapa orang yang menatap kearah Mereka Bima harus memastikan agar Laras tak kembali berulah."Menurut Papa, tidak apa-apa jika acara resepsi Kalian ditunda dulu, bagaimanapun Kamu harus merawat putramu dulu Bim." Semalam, Bima mengajak Laras, pulang. Bukan kerumahnya namun kembali ke rumah Papa Rasyid dan Mama Lana, kedua orang tua Laras.Bagaimanapun saat ini kedua orang tua Laras adalah Ayah dan Ibu Mertuanya juga. Bima menceritakan semua yang terjadi pada Alex.Dan sebagai orang tua, Papa Rasyid dan Mama Lana mengambil jalan tengah dan memberikan pendapatnya."Bim, yang sabar. Sebagai orang tua memang banyak sekali hal yang terkadang membuat Kita mengusap dada, dan terkadang Kita hilang sabar dalam menghadapi anak, namun begitu Mereka adalah tetap anak Kita. Saat ada kesalahan dan kekeliruan Mereka maka Kita sebagai orang tualah yang harus menasehati dan memberikan solusi secara bijaksana." Mama Lana bisa melihat, raut wajah menantunya yang lelah dan sedang banyak pikiran, apalagi tak mudah bagi Bima yang kini menghadapi dua persoalan serius soal Alex, Kecelakaan dan Ada
Langkah Bima dan Laras berjalan cepat menyusuri lorong Rumah Sakit tempat dimana Alex dirawat.Bima diberi kabar oleh pihak Rumah Sakit bahwa kondisi Alex yang baru saja kembali siuman setelah diberi obat penenang mendadak histeris saat dijenguk oleh seseorang."Lex," Bima dan Laras masuk bersamaan tepat saat melihat Bella sudah tersungkur dilantai sedangkan Alex berada tak jauh dari lantai juga sudah tergeletak dan selang infus lepas membuat darah di tangannya bercucuran.Tanpa aba-aba Laras menuju nursery room memanggil perawat mengatakan bahwa pasien atas nama Alex butuh tindakan.Sementara Bima segera membantu Alex yang masih kesulitan berjalan, kaki Alex masih dipasang gips dan tentu saja membuat Alex susah bergerak bebas.Bima tak bertanya mengapa Alex maupun Bella kini berada di lantai."Kamu, berdarah?" Belum selesai otaknya mencerna kondisi Alex, kini dihadapannya Bima dikejutkan oleh Bella yang berdarah disekitar pahanya dan mengalir hingga betis."Maaf, Pak Alex, Kami akan
Bima meraih ponselnya cepat, berbicara singkat di telepon dengan orang yang memberi kabar.Raut wajah santai Bima kini berubah seketika selepas menerima telpon, "Ada apa Om?""Saya harus ke Rumah Sakit sekarang. Alex kecelakaan." Bima dan Laras berpamitan dengan Papa Rasyid dan Mama Lana setelahnya segera berangkat menuju Rumah Sakit dimana Alex kini terbaring.Sampai di Rumah Sakit, bergegas Bima dan Laras menemui Dokter yang menangani Alex, beruntung Alex selamat namun luka-luka di kaki Alex butuh perawatan ekstra."Tapi bisa sembuh seperti sedia kala kan Dok?" Wajah khawatir Bima seakan separuh jiwanya ikut merasakan sakit yang kini Alex derita."Tentu bisa Pak Bima. Hanya saja butuh waktu dan perawatan intens. Akan ada terapi yang akan Kami berukan kepada Pasien setelah rawat inap selesai. Agar kondisi kaki Pasien bisa kembali beraktivitas seperti sediakala. Namun untuk saat ini, Kami sudah melakukan operasi dan pemasangan pen agar Pasien bisa perlahan sembuh meski dibantu dengan
Disini, di kantor WO terkemuka, Laras dan Bima serta Papa Rasyid dan Mama Lana, memilih konsep pernikahan yang diinginkan."Kamu maunya gimana Ras?"Laras menjelaskan keinginannya dihadaoan seorang WO yang diminta khusus melayani permintaan dan keinginan calon pengantin dihadapannya."Oke, Kami akan coba buat konsepnya seperti apa, besok, Mbak Laras dan Pak Bima bisa melihat dan memilih, konsep mana yang mau digunakan untuk resepsinya. Untuk gedung mau Kami yang carikan sekalian atau sudah ada referensi?""Kami akan coba cari dulu Mbak,"Kali ini Laras memang banyak ambil suara, karena kalau tanya Bima jawabnya terserah Laras mau seperti apa, Bima sih ikut saja.Setelah selesai urusan dengan WO, Laras dan lainnya menuju salah satu gedung yang biasa dipakai untuk acara resepsi pernikahan. Mama Lana menyarankan di hotel saja agar mudah, sedangkan Papa Rasyid mengatakan pakai gedung saja agar lebih leluasa, Bima sih terserah, sedangkan Laras, tahu mau seperti apa?"Serius Kamu mau resepsi
"Bella hamil Om," Tatapan mata Laras seolah cambuk, dan kata-kata yang menguak fakta menjadi sengatan hebat bagi Bima."Tadi di Kampus, Bella datang menemuiku Om, Dengan dtama luar biasa, Bella memintaku untuk berbicara kepada Alex, agar mempertanggung jawabkan perbuatannya." Kembali Laras menjelaskan seperti apa yang terjadi antara dirinya dengan Bella tadi.Laras bisa merasakan dan mendengar deru nafas berat dan emosi yang tertahan dari Bima."Om, Alex harus tanggung jawab." Kini netra Laras beradu pandang dengan netra milik Bima."Nanti Kita bicarakan lagi, sekarang sebaiknya Kita makan dulu."Anggukan Laras seiring langkah Kaki yang mengikuti langkah Bima duduk di meja restoran dalam ruang privat yang memang Bima pilih bagi keduanya.*"Lo udah gak waras ya! Lo pikir dengan Lo ngedrama kayak tadi di Kampus, Gue akan nikahin Lo Bel? LO SALAH!" Alex yang baru saja sampai Apartemen dan melihat keberadaan Bella disana dibuat semakin murka."Lo tahu, gara-gara Lo! Gara-gara Lo, Bokap G
Laras tersenyum bahagia, minggu depan Ia sudah bisa maju sidang skripsi."Akhirnya satu persatu beres."Rasa haus membawa Laras menuju kantin, dipikiran Laras terbayang minuman segar, berkutat dengan skripsi membuat tenggorokan Laras, kering kerontang.Baru saja memesan jus sirsak mix nanas, Laras yang sedang membayar, kini terpaksa harus teralihkan dengan drama heboh yang terjadi di kantin."Lex! Tunggu! Gue belom kelar ngomong sama Lo!" Tak hanya Laras, Mahasiswa lain yang memang ada di kantin tak luput memperhatikan dua sejoli yang seperti FTV tapi dalam dunia nyata.Laras memilih abai. Toh bukan urusannya. Bagi Laras, Alex dan Bella, adalah dua spesies yang harus Ia hindari karena lebih menyeramkan dibanding Covid 19."Seger bener!" Laras menyeruput sedikit Jus miliknya dan hendak bangkit keluar kantin."Gue mau ngomong sama Lo bisa?" Tatapan Mata Laras menyudut tajam. Makhluk yang paling Ia tak inginkan temui, kini dengan memasang wajah tak tahu diri berdiri dihadapan Laras."G
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments