All Chapters of Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya: Chapter 21 - Chapter 30

Di masa lalu, aku terlalu terluka oleh Lino, dan belakangan ini, hubungan tidak wajar dengan Raynard membuatku sama sekali tidak berniat, apalagi merasa pantas, untuk memulai cinta yang baru. Namun, aku tetap harus menghargai niat baik seorang teman."Karina, terima kasih banyak. Kamu benar-benar peduli dan memikirkanku. Punya teman sepertimu saja, aku sudah sangat bersyukur.""Kamu juga tahu, dengan keadaanku sekarang, aku benar-benar tidak cocok untuk menjalin hubungan. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktunya. Bisa tolong bantu aku jelaskan padanya?"Karina menghela napas. "Ranaya, Bernard itu pria baik. Sayang sekali kalau kamu melewatkannya."Dari nada bicaranya, aku tahu dia sungguh menyesal. Namun, dengan kondisiku sekarang, jangankan memulai hubungan, untuk keluar dari bayang-bayang masa lalu saja, aku butuh waktu.Dengan nada pasrah aku berkata, "Mungkin memang aku dan dia tidak berjodoh."Mendengar aku sampai berkata seperti itu, Karina akhirnya paham aku benar-benar tidak berni

Melihat Clarissa pura-pura kehilangan keseimbangan dan sengaja jatuh ke tubuhnya saat berpura-pura ke kamar mandi.Raynard membantunya berdiri, Clarissa langsung duduk di pangkuannya, manja-manjaan bilang kepalanya pusing dan tidak enak badan.Menurutku, dia benar-benar jago akting.Begitu menoleh, aku langsung melihat Davin menatapku serius, seperti sedang memeriksa seorang tersangka.Apa? Kenapa menatapku seperti itu? Bukan aku pelakunya.Aku atur posisi kursi, lalu memejamkan mata. Kalau tidur sebentar, mungkin kami sudah sampai di Pelagosa.Aku dan Clarissa memang beda pandangan soal Raynard. Dia ingin menguasai tempat tidur Raynard, sedangkan aku ingin segera keluar darinya.Aku dan Raynard punya hubungan saling menguntungkan.Selama Raynard mau bantu aku dalam karier, soal dirinya, siapa yang mau silakan ambil.Di tengah perjalanan, pesawat terguncang hebat karena arus udara. Aku terbangun. Ini pertama kalinya mengalami hal seperti itu, tidak bisa tidak merasa takut. Secara refle

Clarissa sepertinya juga menebak bahwa Raynard sedang bersamaku, suaranya manja di telepon mencoba menggodanya."Pak Raynard, kamu lagi sibuk urusan kerja atau sedang tenggelam di pelukan wanita lain?"Raynard tertawa pelan dari hidung, terdengar puas. "Hehe... coba tebak.""Aku tebak sih... ya sudah, cepat pulang ya. Aku tunggu."Nada bicaranya pas sekali, menyiratkan ketidaksenangan tetapi tidak sampai membuat Raynard marah. Sepertinya aku masih harus banyak belajar.Aku melihat senyum yang muncul di sudut bibir Raynard, jelas dia sangat menikmati godaan itu.Laki-laki memang seperti itu. Sudah terbiasa dengan kucing yang penurut, tiba-tiba rindu dengan singa yang liar.Sepertinya aku tidak bisa terus bersikap terlalu penurut. Kadang-kadang, sedikit marah justru dianggap sebagai bumbu hubungan.Raynard meletakkan ponsel, lalu kembali memelukku. Meskipun aku tidak mencintainya, tetap saja rasanya sulit diterima ketika dia menggoda perempuan lain di hadapanku.Aku mendorongnya pelan. "

Shane juga mendengar suara dari dalam kamar. "Ranaya, kamu tidak apa-apa? Kamu sedang bicara dengan siapa?"Aku dan Raynard saling menatap di ambang pintu. Dia lalu mendorongku ke arah pintu, memberi isyarat agar aku menjawab.Aku mengerti maksudnya. Dia ingin tahu sejauh apa hubungan antara aku dan Shane.Aku tidak merasa bersalah, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan."Tidak apa-apa," ucapku sambil menoleh ke arah pintu. "Tapi, kenapa kamu datang larut malam seperti ini?"Suara Shane terdengar sangat dekat dari balik pintu, bahkan aku bisa merasakan dia gugup."Ranaya, bukalah pintunya dulu. Kita bicara di dalam."Raynard menoleh, tatapannya tajam dan berbahaya, menunggu jawabanku.Aku berkata, "Sudah malam. Kalau ada yang penting, kita bicarakan besok saja.""Tunggu, Ranaya." Nada suara Shane jadi cemas, dan dia mengetuk pintu lagi. "Ranaya, tolong buka pintunya. Bukalah dulu."Aku segera menyadari wajah Raynard tampak lebih dingin dibanding sebelumnya."Shane, sudah malam. Aku juga

Sebelum masuk ke aula pameran, aku buru-buru melepaskan tangan Raynard. Dia menatapku dengan curiga.Aku pun segera menjelaskan, "Pak Raynard, Pak Shane sudah pergi. Anda tidak perlu berpura-pura lagi. Tadi aku menjadikan Anda sebagai alasan tanpa izin, maaf, sudah lancang."Raynard melirikku sekilas, senyumnya sudah hilang dari wajahnya. "Daripada minta maaf, kamu lebih baik bilang terima kasih."Mendengar itu, aku langsung berkata, "Terima kasih."Tapi dia tidak menjawab, hanya langsung masuk. Sepertinya dia masih marah soal tadi.Padahal aku tahu hubungan kami tidak pantas diumbar, tetapi aku malah bilang dia pacarku. Itu sama saja cari perkara untuknya.Aku pikir nanti kalau suasana sudah lebih tenang, aku akan cari waktu untuk menjelaskan dan minta maaf secara resmi.Namun, hari ini, aula pameran yang dipenuhi lautan manusia, pesanan membanjir, semua orang sibuk tak ada henti.Raynard bahkan lebih sibuk lagi, dikelilingi orang sampai berlapis-lapis. Semua antre untuk kerja sama da