Semua Bab Lembah Duka: Adu Domba sang Ibu Mertua : Bab 31 - Bab 40

Di tengah segala gejolak batin yang melanda Rajendra akibat godaan Anindira, di tempat lain, Harsa tengah menatap dua garis merah di test pack yang ada di tangannya. Matanya berbinar penuh kebahagiaan. Senyum hangat merekah di wajahnya. Tangannya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena haru. Setelah beberapa waktu menanti, akhirnya Tuhan mengabulkan doa-doanya. Dia hamil, mengandung buah cinta dari Rajendra.Beberapa hari ini, dia memang merasa tidak enak badan. Terus merasa mual dan bahkan makanan yang disukainya pun menjadi tidak enak. Semua makanan juga tidak bisa diterima olehnya. Lalu kemarin, Harsa menyadari, jika dirinya telat datang bulan dan sekarang—dia memberikan diri membeli test pack untuk mengeceknya.Harsa segera mengambil ponselnya, berniat menelepon suaminya. Namun, begitu jarinya hendak menekan nomor Rajendra, dia mengurungkan niatnya. Ah, tidak ... dirinya ingin memberi tahunya secara langsung. Harsa ingin melihat ekspresi wajah pria itu saat mendengar kabar b

Momen yang paling ditunggu Harsa, sejak dia mengetahui dirinya hamil pun tiba. Rajendra sudah mengabari, jika pria itu akan sampai rumah dalam waktu 15 menit lagi. Harsa sudah bersiap, bahkan dia sudah memasak makanan kesukaan Rajendra. Semuanya sudah terhidang dengan rapi di atas meja. Mulai dari makanan pembuka, makanan inti hingga makanan penutup. Masakan yang dia buat dengan sepenuh hati, bahkan tanpa bantuan para pelayan. Meskipun ada beberapa yang menawarkan diri, Harsa menolaknya.Sudah satu minggu berpisah dengan Rajendra, dia ingin mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Harsa begitu merindukan pria itu."Ya, setidaknya kamu harus membuat perpisahan yang indah, kan, untuk Rajendra." Ny. Ratri datang dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya memperlihatkan senyum penuh ejekan.Harsa yang berdiri tidak jauh dari jarak Ny. Ratri hanya mampu diam, tidak berniat untuk membalas perkataan menyakitkan ibu mertuanya itu."Apakah kamu akan mengatakan, sayang aku hamil, ini anakmu." Lan

Hari-hari Rajendra dan Harsa semakin dipenuhi kebahagian, setelah kabar gembira bahwa Harsa sedang mengandung. Sedangkan Ny. Ratri, wanita paruh baya itu masih terus mencari cara—bagaimana caranya memisahkan Rajendra dan Harsa. Namun, ada satu hal yang membuat Ny. Ratri begitu bahagia dan memiliki harapan, jika mereka bisa terpisah. Sebuah fakta jika Anindira berhasil membuat Rajendra membalas ciumannya. Bahkan tidak ada penolakan dari pria itu. Saat Anindira menceritakannya, Ny. Ratri begitu bahagia bukan main.Pagi menjelang di rumah keluarga Admadja. Udara terasa sejuk, aroma seduhan teh menyatu dengan sinar matahari yang menyusup pelan lewat celah tirai jendela ruang makan. Harsa duduk tenang di kursi rotan berlapis kain linen putih. Tangan kirinya menopang perut yang mulai menonjol, sementara tangan kanan menggenggam cangkir porselen yang mengeluarkan uap hangat. Gaun hamil berwarna krem pucat membalut tubuhnya, memberi kesan lembut dan hangat. Suasana tenang itu tiba-tiba beruba

Suara tawa terdengar samar dari balik dinding ruang tengah. Harsa yang baru saja turun dari mobil, masuk ke rumah dengan langkah hati-hati. Tangan kanannya memegangi perut yang kian membesar, usia kandungannya telah menginjak tujuh bulan. Begitu membuka pintu utama, suara tawa itu terdengar lebih jelas. Harsa tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya begitu melihat Anindira di ruang tengah sedang bersama mertuanya. Langkah Harsa sempat terhenti. Dia berdiri sejenak di ambang pintu, menyaksikan dua wanita itu tertawa dan berbincang dengan akrab. Tidak dapat dipungkiri, Harsa merasa iri melihat kedekatan Anindira dengan mertuanya. Meskipun mereka sudah saling mengenal, jauh sebelum Harsa masuk dalam kehidupan mereka."Eh, hai Harsa," sapa Anindira dengan suara manis begitu melihat kedatangan Harsa. Bahkan dia beranjak dari duduknya untuk menghampiri istri Rajendra itu. Dia lalu mengarahkan pandangan ke perut Harsa. "Perutmu sudah besar ya, dari terakhir kali aku melihatnya.""Sudah be

Semakin dipikirkan, semakin Harsa tidak bisa menghilangkan rasa curiganya terhadap Rajendra. Bahkan tidak hanya sekali, dia merasa sensi saat suaminya itu berada di dekatnya. Tubuhnya sontak menolak saat Rajendra mencoba untuk mendekati lebih intim dan ingin berkomunikasi dengan bayi di dalam kandungannya. Mungkin, saat kasus Arlina—Harsa masih bisa mengabaikan karena pada dasarnya wanita itu dulu yang terlebih menggoda. Dilihat dari respon Rajendra juga pria itu tidak tertarik sama sekali.Namun, di sini Harsa mulai ragu dan curiga dengan Rajendra—karena Anindira. Bagaimanapun, mereka pernah memiliki cerita di masa lalu. Tidak menutup kemungkinan, jika rasa itu akan kembali bersemi. Dugaan-dugaannya semakin diperkuat dengan bukti Rajendra yang selalu pulang larut, bahkan pulang saat keesokan harinya. Lalu mencium parfum feminim di kemeja yang dipakai pria itu. Lagipula, Harsa tau betul aroma parfum Rajendra."Aku sudah menyiapkan bajunya, ada di atas kasur." Harsa yang sedang sibuk d