All Chapters of KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA: Chapter 221 - Chapter 230

Bianca menggeleng kecil. “Tidak apa-apa.”Tapi nadanya jelas tidak seperti biasanya.Geo diam sejenak, lalu menatap bayi di pelukannya. “Sky kelihatan tenang, ya?”“Dia anak baik,” jawab Bianca pelan. “Tidak banyak menangis. Saking baiknya, semua seperti lupa ada Sky.”Geo menatap istrinya lama, berusaha mencerna ucapan Bianca. Istrinya itu menggigit bibir, menatap Sky yang masih tidur.“Setiap kali Luna tersenyum, semua berlari mendekat. Tapi ketika Sky merengek, tidak ada satu pun yang menoleh.”Kata-kata itu membuat Geo terdiam. Ia baru sadar, sejak kelahiran bayi kembar mereka, semua orang memang lebih terpikat pada Luna. Ia sendiri bahkan mengakui lebih sering memotret Luna karena ekspresinya yang manis dan aktif.“Bianca sayang…” Geo menatapnya lembut. Mendengar kalimat Geo yang menggantung, Bianca langsung memberengut. Suster mengambil alih Sky dan kembali meletakkan bayi lelaki di boks-nya.Geo mengajak Bianca keluar. Mereka berjalan-jalan di taman. Tangan Geo menggenggam era

“Yeayyy… ke rumah Uncle Taylor!” pekik Grey senang.Pagi hari itu, keluarga Willson bersiap pergi ke perkebunan. Sejak bangun tidur, Blue dan Grey juga tidak hentinya bercerita tentang rencana mereka saat tiba di perkebunan.“Kata Daddy, kita bisa petik stroberi dan wortel.”“Trus kita bisa buat jus stroberi dan wortel.”“Mommy pesan untuk pakai sunblock.”“Aku sudah pakai kok.”Blue dan Grey saling bersahutan kala menyiapkan tas mereka masing-masing. Keduanya membawa mainan favorit untuk ditunjukkan pada uncle mereka.Geo tersenyum simpul melihat Blue dan Grey antusias. Lalu, ia menatap Bianca yang juga sedang menyiapkan perlengkapan bayi kembar mereka.“Bagaimana perasaanmu, Sayang?” Geo mengusap pelan punggung sang istri.“Perasaanku? Aku baik-baik saja.” Bianca membalas.“Maksudku, kamu akan bertemu Taylor lagi. Setelah sekian lama."Bianca berhenti sejenak dari kegiatannya melipat pakaian bayi. Ia tidak langsung membalas, namun hanya menatap wajah Geo.“Kamu nggak papa?” tanya Ge

“Uncle Taylor, terima kasih.”“Kami senang sekali di pondok ini.”Blue dan Grey memeluk Taylor saat mereka akan pulang. Taylor mengusap kedua kepala keponakannya dengan penuh sayang.“Uncle akan menunggu kalian kembali ke sini lagi.”“Apa kami boleh menginap?” tanya Grey penuh harap. “Kami mau lihat matahari terbit seperti cerita Uncle barusan.” Blue menimpali.Taylor mengangguk tegas. “Tentu saja kalian bisa menginap. Liburan, mungkin?”Blue dan Grey saling menatap, lalu keduanya mengangguk. “Mau, Uncle!”“Uncle akan bilang pada Daddy dan Mommy kalian untuk mengizinkan kalian menginap saat liburan, ya.”Semua bersiap-siap. Taylor menghampiri Bianca yang sedang berdiri mengamati barang-barang bayi kembar dimasukkan ke dalam bagasi mobil.“Bianca.”Wanita itu menoleh dan menatap Taylor. Ia melirik Geo yang berdiri agak jauh dan sedang menggendong Sky. Bianca tersenyum sedikit.“Ya?”Taylor menghela napas berat. “Secara khusus, aku belum minta maaf padamu atas perbuatan jahatku padamu.

Satu tahun berlalu dengan cepat. Mansion keluarga Willson seperti istana kecil yang berhiaskan langit. Balon berwarna biru lembut dan putih mutiara menggantung di setiap sudut, sementara pita-pita perak melambai dari langit-langit tinggi. Di halaman belakang, tenda besar berwarna pastel dipenuhi meja-meja kecil dengan tema “Sky and Moon”—melambangkan nama dua bayi kembar yang kini genap berusia satu tahun.Bianca berdiri di tengah ruangan, mengenakan gaun biru muda dengan rambut yang disanggul anggun. Di pelukannya, Luna tampak mengenakan gaun putih berenda dengan mahkota mungil di kepala. Sky di sisi lain, digendong oleh Geo yang mengenakan kemeja putih dan jas abu muda, serasi dengan celana biru kecil yang dikenakan Sky.“Tidak kusangka kalian cepat sekali besarnya,” bisik Bianca dengan mata berkilat, memandangi kedua anak mereka yang kini tertawa kecil sambil memegang balon.Geo tersenyum lembut. “Kamu bilang waktu mereka lahir, kamu takut tak sanggup membesarkan bayi kembar lagi.

Pertanyaan Bianca terus terngiang di telinga Nina. Bahkan hingga beberapa hari. Nina mengembuskan napas panjang lalu merapikan dandanannya saat melirik arloji.Hari ini, Taylor akan datang ke rumah atas undangan orang tua Nina. Mereka penasaran dengan sosok petani yang berhasil menjadi pemasok pangan untuk bisnis kuliner mereka. Rumah keluarga Nina berdiri di kawasan pinggiran kota yang asri. Bangunannya modern dengan sentuhan klasik pada pintu dan terasnya yang luas. Tak lama, Taylor tiba dengan mobil jeep hitam miliknya. Mesin mobil berhenti perlahan, meninggalkan aroma bensin yang samar. Ia turun dengan setelan kasual—t-shirt abu-abu lembut, celana bahan gelap, dan blazer cokelat muda yang membingkai bahunya dengan sempurna. Penampilannya jelas berbeda dengan kesehariannya sebagai petani.Nina sudah menunggu di depan rumah, mengenakan blus putih dan celana panjang krem. Rambutnya digelung setengah, tampak anggun tapi tetap natural. Saat melihat Taylor keluar dari mobil, ia tersen