Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia のすべてのチャプター: チャプター 141 - チャプター 150

Dua kabar membahagiakan selepas Leonardo berhasil menemukan istri dan anaknya di Pulau Rhodes. Dalam satu kota bersamaan, Luis Santiago menikahi Scarlett, dan perkawinan Maximo Brando dengan Celine. Sang mafia memboyong seluruh keluarganya, begitu juga Don Riccardo hadir bersama anak dan menantu. Hanya jeda dalam beberapa hari dua pernikahan akan dilangsungkan di Madrid. Sepupu Leonardo, Duncan McCarthy, datang bersama seorang gadis yang terlihat lebih baik dari sebelumnya di pernikahan Luis Santiago. Disela acara, duduk di sebuah taman, Master Anthony dan Tuan Muda berbicara tentang pembunuh Dario Constanzo. "Apa kau masih ingin memburu musuhmu Angelo, dan meninggalkan keluarga lagi?" tanyanya serius. "Aku ingin membalas dendam atas kematian ayahku, sudah puluhan tahun terabaikan. Dia tak akan mungkin diam atas kehidupanku sekarang yang sudah bahagia. Sewaktu-waktu pasti mengacau lagi!" Dendam tak berkesudahan gara-gara bisnis haram penyelundupan narkoba yang ditinggalka

Kehadiran keponakannya ke Napoli mengejutkan Enzo dan Don Constanzo. "Tumben kau mau mengunjungi kami di sini. Di mana anak dan istrimu?" pamannya antusias. "Bella dan ketiga anakku tinggal di kediaman ayahnya. Ssmentara kami baru saja pulang dari Palermo!" tukas Leonardo sambil mengamati rumah yang sepi. "Apa kau sedang perjalanan bisnis di Palermo?" selidik Don Constanzo mengamati cucunya semakin gagah dan kaya raya. "Tidak juga, aku baru membayarkan utang Papa yang tertunda." jawabnya santai. "Dario berhutang ke siapa?" Zio Enzo terkejut luar biasa. "Mendiang kakakku memiliki segalanya tak mungkin dia perlu meminjam dari orang lain. Leonardo menyalakan rokok di tengah ruang keluarga. Rumah kakek Constanzo yang jarang dikunjungi sejak ayahnya berselisih paham dan menikahi ibunya, pindah membangun keluarga di Milan. Watak Papa Dario sama kerasnya Don Constanzo, dan menurun ke Leonardo. Akibat terhina menikah bukan dari kalangan mafia membuat hubungan keluarganya terpecah

Sepasang manusia berselingkuh, bercinta sampai nafas terengah-engah. Pakaian berserakan dari pintu kamar hingga ke ranjang. Raffaele menikmati tubuh polos Caterina setiap mereka bertemu. Istrinya, Carlotta tak punya waktu banyak memenuhi kebutuhan biologis dirinya. Kandungannya cukup besar dan enggan berhubungan dengan suami lagi. Sementara kekasih gelap bersedia memberikan semua keinginan di saat hasratnya begitu menggebu. Desahan, erangan dan kata-kata manis bercampur baur menjadi satu melupakan pekerjaan di kantor. Sikap Caterina sungguh berbeda belakangan ini. Nafsu gairah begitu besar tidak cukup sekali memadu cinta rahasia di atas ranjang yang semakin berantakan. "Kenapa kau berubah?" bisiknya penasaran. "Apa Enzo sama sekali tak mau menyentuhmu di rumah?" "Berhentilah menyebut namanya, aku peduli uangnya, bukan dia!" balasnya sedikit kesal mengusik permainan panas mereka. "Oh, sayang. Kebencianmu padanya membuat lebih berhasrat padaku, dan jangan lupa bisnis properti yang

"Leon, bagaimana kabar suamiku?" Caterina kembali ke rumah sakit, namun yang didapatkan malah kesedihan. "Zia, maafkan aku. Zio Enzo sudah tiada sejak setengah jam lalu, kau tidak mengangkat panggilanku agar tak panik saat tiba di sini," ujarnya sedikit kesal. "Oh Tuhan!" Tubuhnya oleng bukan karena berduka, tapi kelelahan bercinta dengan Raffaele di apartemen tadi. Buru-buru dia duduk merenungi masa kejayaan tiba lebih cepat dari dugaannya. Malam ini Enzo terbaring kaku, tak mampu mengawasi prilakunya lagi. Esok hari seluruh aset bisnis dilimpahkan ke Caterina dengan alasan pengasuhan anak-anaknya. "Kau baik-baik saja, Zia? Biar ambilkan minum untukmu dulu!" Leonardo menyuruh Master Anthony yang baru tiba setelah kedatangan bibinya. "Tak perlu!" menolak kebaikan ponakannya. "Aku cuma ingin melihat suamiku untuk terakhir kalinya." Sang pewaris menggelengkan kepala. "II Nonno Constanzo meminta jasad anaknya dikremasi, dan abunya disebarkan di Teluk Napoli seperti Dar

Raffaele tak menduga Caterina berani datang ke rumah selepas Carlotta tiada. "Seharusnya kau tak perlu ke sini, keluargaku dapat memergoki perbuatan kita!" Rumah yang luas dengan interior menarik. Pandangan Caterina menyapu ke sekeliling bermimpi menjadi ratu dalam kehidupan kekasih gelapnya berikutnya. "Sudah seminggu pasangan kita meninggalkan dunia, kenapa kau masih bermuram durja huh?" ketusnya. "Hey, dia istriku, merasakan kesedihan setelah tiada betapa aku benar-benar mencintainya!" Dengan marah janda Enzo menarik bajunya, "Apakah kau lupa siapa yang membiayai kebutuhan istrimu huh? Dia sudah mati, begitupun suamiku!" Tuan rumah terperangah, "Dasar kau wanita aneh! Enzo mati kecelakaan, tetapi tidak nampak kesedihan sama sekali. Terbuat apa hatimu yang sebenarnya?" tanyanya heran. Caterina berterus terang, "Aku sudah lama tidak peduli dengannya, apalagi keluarga Constanzo! Beruntung dia tewas di meja operasi membuatku bebas untuk tinggal bersamamu sekarang." "