All Chapters of Putri Terbuang Dimanja Pangeran Tampan: Chapter 61 - Chapter 70

"Mohon maaf, Tuan, saya permisi." Max yang tidak ingin mengganggu moment pengakuan cinta tuan mudannya memilih lekas pamit undur diri tanpa menunggu perintah dari Jaden mengenai Risha yang telah menjebak Jaden, hingga membuat pria itu harus dilarikan ke rumah sakit seperti ini.Jaden tak menyahut, tatapannya masih tertuju kepada Letha yang menunggu jawaban darinya. "Kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku," ujar Letha menarik lengannya yang digenggam Jaden saat ia tak juga mendapatkan jawaban. Perempuan itu bahkan langsung membuang muka--menatap lurus ke depan. Hingga membuat Jaden hanya bisa mendesah pelan."Aku memiliki alasan," ucap Jaden pada akhirnya. Tapi tetap tidak memuaskan Letha."Aku tidak tahu harus melakukan apa setelah mendengar pengakuanmu yang terdengar hanya omong kosong," balas Letha tak ingin melihat ke arah Jaden yang belum juga mengalihkan perhatian.Pandangan Jaden masih terus tertuju pada sosok istri kecilnya yang kini tampak tersenyum miris."Hanya ting

"Tuan, mohon maaf, tapi saya ingin menyampaikan jika Nyonya Letha hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang."Gerakan jari-jari Jaden yang tengah mengetikan sesuatu pada komputernya pun terhenti. Pria itu menoleh ke arah Max yang berdiri di hadapannya dengan jarak sekitar tiga langkah dari tempatnya. "Biarka saja," ucap Jaden kemudian kembali berkutat dengan pekerjaannya, dan tak mempedulikan reaksi Max yang terkejut atas ucapannya."Tapi, Tuan---""Jika tidak ada yang ingin kau sampaikan lagi, maka keluarlah!" potong Jaden cepat, berhasil membuat Max merapatkan mulutnya.Pria itu hanya bisa menatap tuan mudanya dengan iba, lalu mengangguk dan lekas pergi dari ruangan--membiarkan Jaden yang langsung menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Refleks Jaden memijat pangkal hidungnya yang berdenyut, lalu menunduk--menatap pusat tubuhnya yang tertutup oleh celana bahan."Sial, ini gara-gara perempuan gila itu!" umpat Jaden kemudian meraih gagang teleponnya, menghubungi Max. "Cepat k

"Kau melihate suamiku? Dia tidak ada di kamarnya," tanya Letha kepada Nico yang kebetulan ia lihat saat menuruni anak tangga.Seperti yang dikatakan Jaden tadi malam, pria itu benar-benar tidur di kamar sebelah. Sehingga Letha lekas menemui Jaden di pagi hari. Sayang, perempuan itu tak menemukan suaminya di sana. Sehingga mulai bertanya-tanya apakah Jaden sudah berangkat ke kantor atau tidak. "Tadi Tuan Jaden masuk ke ruang kerjanya, Nyonya."Letha mengangguk paham, lalu berkata, "Baiklah, terima kasih atas informasinya." "Sama-sama, Nyonya."Lekas Letha ke dapur. Perempuan itu berniat membuatkan kopi untuk Jaden. Tapi ditahan oleh staf dapur."Nyonya, biarkan kami yang membuatnya." Perempuan itu menggeleng dengan cepat. "Tidak. Biar aku melakukannya sendiri.""Tapi---" "Tidak apa-apa. Suamiku tidak akan marah," potong Letha cepat, membuat staf dapur tak lagi bisa berbuat apa-apa. Selain membiarkan Letha melakukannya sendiri.Selesai membuat kopi, Letha menuju ruang kerja Jaden d

"Letha, kau terlihat tidak bersemangat hari ini," ujar Jasper saat ia menghampiri Letha yang tengah duduk di bangku taman. Perempuan itu sudah kembali masuk ke kampus setelah beberapa hari mengambil cuti. Tapi tidak seperti biasanya--saat ia begitu semangat, kali ini Letha merasa lesu.Sebab Jaden tidak lagi perhatian seperti dulu. Pria itu bahkan tidak mengantarkan Letha berangkat ke kampus, dan meminta Nico untuk melakukannya."Aku memang tidak bersemangat akhir-akhir ini, Jasper." Letha berkata lirih sambil menunduk dalam. Jasper yang masih bisa mendengar dengan jelas ucapan Letha lantas menaikan satu alisnya. "Kenapa?""Aku tidak tahu. Tapi akhir-akhir ini suamiku selalu menjaga jarak denganku."Penjelasan dari Letha lantas membuat Jasper kebingungan. Pria itu kemudian berkata, "Apa ini ada hubungannya dengan malam itu?"Letha menggeleng dengan pelan. "Aku tidak tahu. Tapi sepertinya iya."Pria itu mendesah pelan, lalu mengangguk paham. "Baiklah, aku mengerti. Dan aku akan men

"Hubby," sapa Letha menyambut kepulangan Jaden dengan senyuman manis yang tidak bisa Jaden abaikan begitu saja.Perempuan itu sengaja menunggu kepulangan Jaden, meski sang suami pulang terlambat.Letha mondar-mandir di balkon, lalu segera berlari kecil saat mendengar deru mobil yang biasa Jaden gunakan saat memasuki gerbang. Sehingga begitu Jaden menginjakan kaki di teras, sudah ada Letha yang menunggunya. Sontak langkah Jaden terhenti. Untuk beberapa saat pria itu terpesona dengan senyuman manis Letha. Tapi tak berselang lama raut wajahnya kembali datar, lalu menatap Letha dengan jengah."Apa kau lakukan malam-malam seperti ini di luar?" tanya Jaden tanpa ekspresi.Letha sudah gugup. Tapi perempuan itu berusaha untuk tetap teguh."Aku sengaja menunggumu, Hubby," ujar Letha dengan sedikit tergagap.Tatapan Jaden yang mengintimidasi membuat Letha bahkan hampir hilang akal. "Seharusnya kau tidak perlu melakukan itu," ucap Jaden lalu melangkah, melewati Letha begitu saja. Refleks L