All Chapters of Menjadi Ibu Susu Untuk Putra Sang Pewaris: Chapter 11 - Chapter 20

Tapi beberapa menit kemudian Axel datang. Ternyata dia tidak jadi mengantar Siella pulang. Dia memutuskan untuk membawa mobil, lalu mengajak Kinan dan putrinya berjalan-jalan menikmati kota di sore hari. "Kinan, masuklah ke mobil, kita jalan-jalan hari ini," kata Axel yang baru saja turun dari mobilnya. "Bukankah tadi..." "Aku tidak jadi mengantar Siella pulang. Ayok kita jalan-jalan!" ajaknya sambil memegang tangan Kinan yang melirik ke arahnya. Dari kejauhan Siella memperhatikan mereka di balik pintu kaca mobil. Dia memperhatikan sikap Axel yang begitu hangat kepada Kinan. "Sepertinya kau memang menyukai gadis itu Axel..." ucapnya. Di dalam mobil tak ada sedikitpun topik pembicaraan diantara mereka. Keduanya hanya diam. Kinan menatap ke arah jendela sambil memegang dot bayi Reina yang kini tengah menyusu dan mulai mengantuk. Sesekali Axel melirik ke arahnya. Ragu untuk bicara, bahkan merasa sedikit canggung saat akan memulainya. "Eu...Kinan..." panggil Axel. Kinan menoleh.

"Siapa suruh kau pergi berpacaran di saat jam kerjamu masih berlangsung? Kau pikir rumah ini milikmu dan kau bisa seenaknya keluar masuk membawa seorang pria asing kemari hah?!" bentak Nenek Rianti yang tiba-tiba saja datang. Kinan melihat ke arahnya. Dia hendak bangkit, tapi Nenek Rianti menahan tubuhnya dengan kasar di kursi. "Diam dan dengarkan ucapanku baik-baik!" bentaknya. "Lihat ini! Apa ini milikmu?!" katanya lagi sambil menunjukkan hasil tespek di tangannya. Kinan mulai merasa takut. Dia sangat terkejut. Dia mulai mengingat kecerobohannya karena tidak membuang barang itu dengan benar. "Jawab!" bentak Nenek Rianti yang begitu emosi. "Aku tidak tahu, itu bukan milikku!" jawab Kinan berbohong. Nenek Rianti memegang kasar dagu Kinan dengan mendekatkan wajahnya. "Dengar ya, kau hanya seorang pengasuh di rumah ini, kau bukan siapa-siapa. Jangan sampai aku mendengar satu hal buruk tentangmu jika kau masih ingin hidup dan bekerja di rumahku, mengerti?!" bentaknya lagi sambil me

Axel hanya diam. Dia mencoba mencerna ucapan Siella tanpa melihat ke arah teman masa kecilnya itu. "Semua tidak akan terjadi jika bukan karena dia!" ujar Axel yang membuat Siella mengernyitkan dahinya. "Dia? Dia siapa? Dan apa maksudmu?" tanya Siella penasaran. Karena perasaannya yang masih kalut dan berduka, Axel tak ingin menjawab. Dia memutuskan untuk pergi entah kemana. Sedangkan Siella kini hanya terdiam sambil mencerna ucapan calon suaminya itu. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di rumah ini." Ujarnya. ———Kinan duduk termenung membayangkan masa-masa indah saat mengasuh Bayi Reina. Bayangan-bayangan itu perlahan silih berganti sampai pada akhirnya sebuah bayangan indah bersama Axel waktu lalu teringat kembali. Entah mengapa semakin gadis itu mencoba menepis, bayangan itu selalu muncul. Dia memang sangat membenci majikannya. Tapi, entah kenapa perasaannya justru berubah saat Axel mulai memperhatikannya. Dan kini, malah Axel yang berbalik memben

Mendengar ucapan dari Neneknya membuat Axel seketika tersadar. Apa yang neneknya lakukan tidak seberapa dengan perbuatan Kinan yang dia pikir sudah melenyapkan nyawa putrinya. Tapi dia tidak menyukai cara kasar seperti itu, meski dia sudah sangat membenci Kinan. Axel yang lama berdiri dalam keheningan sambil memandang ke arah Kinan akhirnya pergi. "Kinan, sepertinya Tuan Axel membelamu, mungkin saja dia percaya bahwa kamu bukanlah seorang pembunuh." Kata Meri. "Entahlah Meri, aku tidak tahu," balas Kinan. ———Sania dan Nenek Rianti kini sedang duduk di kursi taman sambil menikmati secangkir kopi hangat yang tersedia di atas meja. Tiba-tiba saja Siella datang bersamaan Tuan Safir dan Nyonya Tisa. Mereka melempar senyuman pada Nenek Rianti dari kejauhan. "Apa kabar Nenek?" ucap Nyonya Tisa. "Baik, aku sudah lebih baik dari sebelumnya." Ucap Nenek Rianti sambil mencium pipi kanan dan kiri calon besannya. "Semoga Nenek sehat selalu ya," ucap Siella melakuka

Setelah mendengar nama Axel membuat Kinan seketika kehilangan nafsu makannya. "Jadi...Tuan Axel yang membelinya?" tanyanya dengan suara yang memelan."Tentu saja Kinan, dia memesankan makanan ini untukmu." Jawab Meri dengan wajahnya yang masih sumringah. Wajah Kinan berubah menjadi murung. Dia mengingat kejadian di dapur. "Makanlah, jangan pikirkan soal tadi, yang terpenting keinginan si cabang bayi terpenuhi." Kata Meri mencoba menenangkan. Mendengar hal itu membuat Kinan tersenyum. Kemudian dia melahap sesuap demi sesuap makan yang sangat dia inginkan. Tanpa sadar, ada seseorang yang tersenyum memperhatikannya dari balik pintu yang terbuka. ————"Rencana kita yang kedua gagal! Aku malah mendapat malu dan hal itu malah membuat Axel memarahiku!" ucap Sania setengah berbisik sambil menelpon. Axel yang baru saja turun dari atas tangga merasa heran dengan tingkah mantan kakak iparnya itu. Dia melihat gelagat yang mencurigakan dari Sania yang dianggapnya be