Puspa menatapnya sambil tersenyum samar.“Kenapa dulu aku nggak pernah sadar kalau kamu itu orangnya lapang dada sekali?”Dalam hati ia mengejek. Wajar saja dia bisa begitu murah hati. Selama nggak ada cambuk di punggungnya, tentu saja ia bisa berpikir terbuka dan murah hati.Sementara itu, gadis yang Indra sebut-sebut “sudah kembali ke jalan yang benar”, Wulan, kini sudah diantar Hadi pulang ke rumahnya.“Terima kasih yah sudah antarin aku pulang,” ujar Wulan dengan senyum lembut.“Ah, gitu saja, nggak usah sungkan,” balas Hadi ramah.“Aku panggil kamu Wulan, kamu bisa panggil aku Hadi.”Pipi Wulan memerah malu. “H… Hadi.”Hadi tersenyum makin lebar.“Aku dengar kamu lama tinggal di luar negeri, pasti belum terlalu kenal Kota Ubetu.Di sini banyak tempat seru dan makanan enak. Besok aku ajak kamu jalan-jalan, ya?”“Boleh,” jawab Wulan singkat, manis.Setelah mereka janjian, mereka pun berpisah di depan rumah Wulan.Namun, begitu ia berbalik, senyum lembut di wajah Wulan lenyap begitu
Read more