Nenek Yanti elus lembut kepala Puspa, suaranya penuh kasih sayang. “Kamu pasti capek sekali.”Puspa menekan bibirnya, tahan agar air mata nggak tumpah.Ia nggak sanggup bilang “nggak capek”, karena kenyataannya, selama ini memang teramat capek.Di bawah siksaan batin yang panjang, setiap hari ia jalani bagaikan menapaki tepi jurang. Beban berat yang menindih bahu, buat dia sulit bernapas dan kini, untuk pertama kalinya, beban itu perlahan terangkat. Akhirnya ia bebas!Puspa tenggelamkan wajahnya di pelukan nenek, lepaskan semua emosi yang selama ini dipendam. Nenek Yanti hanya diam, beri kehangatan dalam diam, jadi tembok kokoh yang selama ini selalu ada.Keheningan itu justru penuh makna, hangat, selaras, dan menenangkan.Setelah cukup lama cari ketenangan di pelukan sang nenek, barulah Puspa perlahan bangkit, berat hati tinggalkan kamar perawatan itu.Baru saja ia melangkah keluar rumah sakit, HP-nya berdering. Nama Joko tertera di layar.Puspa menatap sejenak, namun nggak angkat. Ia
Read more