All Chapters of Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA): Chapter 41 - Chapter 50

Kali ini giliran Abigail yang terkejut. Tidak. Bukan seperti ini yang dia mau. Selain tak ingin melibatkan Ashton, tetapi juga dia tak bisa mengatakan yang sejujurnya pada pria itu. Dia sedang tak ingin melakukan tawar-menawar dengan siapa pun. "Jangan, Ash. Aku harus melakukannya sendiri, tidak dengan kehadiranmu." "Mengapa? Siapa tahu justru aku bisa membantu urusanmu agar lebih cepat terselesaikan." Abigail menggeleng, keras. Menolak apa pun yang Ashton tawarkan agar diperbolehkan untuk ikut serta. Namun, baik Abigail maupun Ashton tak ingin mengalah dan menyerah dengan keinginan mereka. "Ash, please ... jangan membuatku kesal." "Kalau begitu, katakan apa yang akan kau lakukan. Jika kau menceritakan segalanya, aku berjanji tak akan mengganggu rencanamu." Abigail akhirnya menyerah. Dalam dunia bisnis, mungkin dia adalah singa, siapa pun akan kalah jika sudah melakukan negosiasi dengannya. Akan tetapi, tidak jika harus m

Ashton bergegas mengambil penerbangan awal menuju ke Saint Orleans, sesaat setelah mendapat kabar mengenai kondisi Abigail. Alice memutuskan untuk menghubungi Ashton terlebih dahulu sebelum menghubungi Alex dan Alona.Dia masih mempertimbangkan keberadaan Gin di sana. Bisa saja pemuda itu tak inginkan bertemu keluarga lain selain Abigail. Maka, itulah yang dia lakukan.Tak perlu ditanya bagaimana perasaan Ashton mendengar kabar tersebut. Tubuhnya mendadak lunglai bagai tak bertulang. Yang ada dalam pikirannya hanyalah keadaan Abigail. Berharap dia mampu bertahan meski dalam kondisi apa pun.Meski Ashton sangat mengenal Abigail sebagai perempuan yang tangguh, tetapi tetap saja rasa takut dan cemas tak dapat dia usir begitu saja.Dia tak dapat membayangkan bagaimana jika tak ada lagi Abigail, bagaimana kehidupan tanpanya. Entahlah. Yang pasti, semua tak akan sama tanpa Abby. Dia adalah satu-satunya yang mampu membuat Ashton begitu mencintai, satu-satunya tujuan hidup.Maka tak akan pern

Gin tersungkur akibat jotosan yang cukup bertenaga dari pria itu. Sementara Abigail yang tak mampu berkutik hanya bisa memekik, memohon pria itu hentikan kegilaannya dan melepaskan Gin yang kini nyaris babak belur. "Zac! Apakah kau sudah gila?! Lepaskan adikku, kau tak boleh menyentuhnya sedikit pun!" Tak ada satu kalimat pun yang mampu menghentikan amukan Zachary saat ini. Amukan yang bagi Abigail sungguh sangat tidak beralasan. "Zac!!! I swear you, kalau kau tidak berhenti, aku akan memanggil security atau bahkan polisi!" Abby nyaris melompat turun dari ranjang, tetapi tetap belum berhasil menghentikan Zac. "Jika kau masih tak pedulikan perkataanku, aku bersumpah tak akan pernah muncul lagi di hadapanmu selamanya!" Secara ajaib kalimat itu berhasil membuat Zac mematung dan otomatis menghentikan ayunan tangan yang semula melayang pada Gin secara bertubi-tubi. Tubuh Zachary melorot ke lantai dalam posisi berlutut, terengah, berusaha mengumpulkan kembali kekuatan yang telah dia fors

Jantung Abby nyaris mencelus ketika mendengar statement yang terkesan menuding dirinya. Dia tak menyangka Gin dapat membaca semuanya. Apakah terlalu kentara apa yang dia lakukan terhadap Zac?"K-kau—bagaimana kau bisa tahu semuanya?" tanya Abigail, tergagap."Aku sudah katakan padamu, kan, kalau aku lebih hebat dibanding Nona Denver? Apakah kau sekarang bersedia menjadikanku bodyguardmu?" tanya Gin. Dia tak ingin melanjutkan pembicaraan tentang balas dendam atau lainnya. Ini hari pertama dirinya menginjakkan kaki di rumah Abby, dia tak ingin hubungannya dengan sang kakak justru memanas di permulaan.Mendengar kelakar Gin, Abigail tergelak sesaat. "Oh, Tuhan, terima kasih kau sudah mempertemukanku dengan bocah bandel ini. Aku sudah lupa kapan terakhir kali tertawa seperti ini," ucap Abigail, masih dengan tawa yang tersisa.Gin tak mampu menahan diri untuk tidak ikut tergelak. Melihat tawa kakaknya, hatinya terasa menghangat. Bukankah ini yang dia impikan selama ini?"Gin, kau sungguh h

"Jadi begitu? Kau melupakanku dan tidak mengundangku?" tanya seorang gadis yang jelas kedatangannya selalu membuat suasana Abigail memburuk seketika. Untuk apa dia datang jika tidak diundang? Tentu saja, untuk menyusul kekasihnya.Abby menghentikan apa yang sedang dia lakukan. "Sedang apa kau di sini, Sidney? Kau tidak diundang." Dia berbalik demi menghadapi gadis wanita yang sejak tadi berada di balik punggungnya."Oh, begitu, ya? Lalu, mengapa kau mengundang Zac? Jangan lupa kalau dia adalah kekasihku. Lagi pula, bukankah dia adalah rival bisnismu? Atau ... jangan-jangan kalian ada hubungan di balik punggungku.""Mengapa pikiranmu selalu mengarah ke sana? Apakah kau punya bukti?" Abby menimpali dengan tenang. Namun, andai dia tidak sedang mengatur taktik lain, saat ini juga dia akan mengiyakan tudingan Sidney.Bukankah dia dan Zac memang memiliki hubungan khusus? Bahkan hubungan terlarang. Bagaimana sebutan yang sesuai untuk hubungan mereka? Karena keduanya bahkan tidak berteman."A