Suatu malam, Revan menyiapkan makan malam sederhana — sup ayam dan nasi hangat.Ia menunggu hingga pukul sepuluh malam, tapi Raisa belum juga pulang.Ketika akhirnya pintu terbuka, Raisa masuk dengan langkah gontai, wajahnya pucat.“Kamu belum makan?” tanya Revan pelan.Raisa melepas sepatu dan jaket. “Belum sempat. Aku masih harus kirim berkas revisi ke klien. Tadi ada sidang mendadak, dan—”“Sa,” potong Revan, suaranya datar. “Kita bahkan nggak pernah makan bareng lagi. Aku ngerti kamu sibuk, tapi… ini mulai terasa kayak kamu hidup di dua dunia.”Raisa terdiam. Ia menatap wajah Revan, lalu menunduk. “Aku cuma lagi di fase sulit. Setelah kasus ini selesai, aku janji akan luangin waktu buat kamu.”“Janji itu udah kamu ucapin tiga kali,” kata Revan pelan, tapi tajam. “Dan tiap kali aku nunggu, kamu malah makin jauh.”Raisa menghela napas. “Kamu tahu, aku nggak bisa berhenti begitu aja. Ada orang-orang yang butuh aku. Ada nyawa yang dipertaruhkan.”Revan berdiri, berjalan mendekat. “Dan
Terakhir Diperbarui : 2025-11-03 Baca selengkapnya