Hari-hari di rumah itu tetap berjalan seperti biasa, tapi Raisa tahu—ada sesuatu yang berubah.Bukan pada Revan, yang masih sama: hangat, lembut, dan penuh perhatian.Namun pada Nayla.Cara Nayla tersenyum kini tampak berbeda, seolah menyimpan sesuatu di balik ketenangannya. Cara dia memandang Revan… tak lagi sesederhana dulu.Raisa bukan wanita yang mudah curiga. Tapi nalurinya, sebagai seseorang yang pernah melalui badai besar dalam hidup, mulai berbisik.Ada hal kecil yang mengganggu:tatapan yang terlalu lama, tawa yang terdengar sedikit gugup, dan kehadiran Nayla yang kini selalu mencari alasan untuk berada di dekat mereka.Pagi itu, Raisa menyiapkan sarapan lebih awal. Revan masih di kamar mandi, sementara Nayla datang dengan membawa map berisi dokumen yayasan.“Selamat pagi,” sapa Nayla ceria. “Aku bawa draft proposal kerja sama yang baru.”“Pagi, Nayla,” jawab Raisa sambil tersenyum. “Kau selalu semangat. Duduk dulu, aku buatkan teh.”Nayla menunduk sedikit, wajahnya memerah.
Terakhir Diperbarui : 2025-10-15 Baca selengkapnya