Dada Topan pun bergemuruh. Ia mencoba menahan perasaan, tapi senyum haru pelan muncul juga di wajahnya. Davina, akhirnya kamu... batinnya bergetar. Dengan suara rendah, ia berkata, "Davina, aku tidak butuh pengakuanmu, sebenarnya. Tapi mendengar kamu berkata begitu, rasanya seperti dunia ini memberi hadiah yang tak ternilai." Davina terhenyak, wajahnya tak ayal panas menahan malu mendengar ucapan suaminya. Kini, Gunawan menatap keduanya bergantian dengan senyum lebar, penuh rasa bangga dan lega. "Mulai sekarang, kalian jangan lagi saling menjauh. Kau, Davina, jagalah suamimu baik-baik. Dan kau, Nak…" tatapan Gunawan beralih pada menantunya, "Kau bukan hanya menantuku lagi. Kau adalah anakku. Darahku mungkin tidak mengalir di tubuhmu. Tapi kau sudah lebih dari seorang anak bagiku!" Topan tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya, menahan haru yang nyaris pecah. Meski ia tidak mengharapkan kata-kata itu keluar dari mulut Gunawan, tapi ia sangat senang mendengarnya. Bagaimana tida
Terakhir Diperbarui : 2025-09-11 Baca selengkapnya