Marlina menunduk dalam, kedua tangannya meremas ujung roknya erat. Matanya berkaca-kaca, namun dia menolak membiarkan air mata jatuh di depan lelaki itu. Dia sudah terlalu sering menangis, terlalu sering terlihat lemah. Setelah Kevin kembali ke rumah, sebenarnya dia sempat menaruh harapan kecil, bahwa mungkin kepulangan mendadak suaminya adalah tanda perubahan. Bahwa Kevin akan sedikit lebih peduli, sedikit lebih lembut. Namun yang terjadi justru kebalikannya. Lelaki itu masih sama. Dingin, arogan, bahkan semakin gila. Kevin duduk santai di kursi, menyalakan rokok baru setelah menghabiskan gelas minumannya. Asap menari di udara, menebarkan aroma tajam yang menusuk hidung. Pandangannya lurus, tapi sesekali melirik ke arah istrinya yang masih terdiam. "Kenapa diam?" tanyanya datar, mengepulkan asap. Marlina tetap menunduk, menelan ludahnya yang terasa pahit. "Aku… aku tidak tahu harus bilang apa." Kevin menyeringai tipis, tapi tatapan matanya dingin. "Hah… selalu begitu. Diam, pasr
Terakhir Diperbarui : 2025-10-04 Baca selengkapnya