All Chapters of Pria Tampan Alat Balas Dendamku: Chapter 51 - Chapter 60

“Apa kamu tahu sesuatu mengenai kecelakaan ini?”Daiva tidak langsung menjawab. Adeline pun juga sudah menduga hal itu. Pasti ada sesuatu yang tidak boleh diketahui. Seketika Adeline merasa kesal dengan Leo yang selalu menutup-nutupi. “Daiva,” panggil Adeline dengan lembut. “Kamu tidak usah takut. Yang harus kamu lakukan adalah mengatakan semuanya padaku. Aku akan menjamin keselamatan dirimu dan suamimu aman. Oke?” bujuk Adeline.Daiva menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Meski hanya satu tahun ikut dengan Adeline, namun dia percaya dengan janji yang diucapkan oleh mantan majikannya itu. Tapi, dia juga takut jika sesuatu yang buruk menimpa putra semata wayangnya.“Nyonya, aku … aku ….”“Ada apa, Daiva? Apa ada sesuatu yang masih mengganjal hatimu?” tanya Adeline.Daiva menundukkan kepala. Dia menangis karena menyesal dan takut. Dia menyesal karena telah membahayakan jiwa orang yang sudah sangat baik padanya. Namun, dia juga takut karena nyawa putranya juga dalam bahay

“Jangan jadikan aku sebagai penghambat kamu bahagia. Aku tidak ingin kehidupan seseorang tertahan karena ulahku,” ucap Adeline lagi.Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Entah apa yang dipikirkan oleh Leo, namun Adeline merasakan hatinya seperti terhimpit bongkahan batu yang besar. Mengatakan hal itu membuatnya merasa sesak. “Aku tidak pernah merasa bahwa kamu adalah penghambat aku untuk bahagia,” ucap Leo. Kali ini ekspresi wajahnya sudah kembali datar.Deg!Adeline menatap kedua mata Leo. Mencari kebenaran yang ada di dalam pria itu. Dia tidak tahu apa maksudnya namun Adeline merasa bahwa Leo memiliki perasaan lain untuknya.“Tapi, kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku jika kita berpisah. Kamu bisa melanjutkan hidupmu dan aku yakin banyak di luar sana gadis-gadis yang mengantri untuk menjadikanmu sebagai suami,” ucap Adeline berusaha meyakinkan Leo supaya mau mengakhiri pernikahan ini.Diucapkan dengan nada suara yang sangat meyakinkan meski dalam hati Adeline merasa

Hari yang sangat membahagiakan bagi Adeline karena sepanjang hari ini tak hentinya dia mendapatkan suatu kabar yang baik untuknya. Dari pekerjaan yang selesai dengan sempurna hingga peluncuran model pakaian baru perusahaannya. Adeline bahkan juga mendapat pesanan untuk seragam kerja sebanyak 500 pcs. “Benar-benar hari yang baik,” Adeline bergumam.Adeline bekerja menggunakan laptop ketika notifikasi email dari Bella masuk ke ponselnya. Dia lalu membuka e-mail tersebut dan tersenyum melihatnya. Nampak Vivianne sedang bersama dengan pria yang Adeline ketahui bernama Vincent, masuk ke sebuah kamar hotel. Entah apa yang dilakukan oleh kedua orang itu. Namun, manusia dewasa pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi di dalamnya.Adeline menggigit bibir menahan tawa. Dia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Kemudian mengirimkan kumpulan foto-foto itu ke nomor Vivianne. Setelah itu, Adeline bersandar di kursi putarnya seraya menatap langit-langit ruangan. “Ternyata seperti ini arom

Suasana menjadi sangat canggung ketika Adeline dan Leo hanya berdua saja dalam mobil. Terlebih Adeline bisa merasakan bahwa diam-diam Leo melirik dirinya. Dia sampai berpikir bah mungkin penampilannya terlalu berlebihan sampai membuat pria itu berulang kali meliriknya.“Apa penampilanku terlalu berlebihan?” tanya Adeline ketika dia semakin tidak nyaman dengan sikap Leo.“Apa?” tanya pria itu. Terlihat bahwa Leo tidak fokus mendengarkan Adeline. "Penampilanku ... apakah terlalu berlebihan malam ini?" Adeline mengulang pertanyaannya. "Tidak," jawabnya singkat. "Lalu kenapa kamu melihat ku seperti itu?" Kening Leo berkerut bingung. Pria itu seperti tidak menyadari sikapnya yang membuat Adeline tidak nyaman. "Kamu melirik ku seakan ada sesuatu dalam diriku yang aneh di matamu. Itu membuat ku tidak nyaman," jelas Adeline. "Kamu tidak nyaman jika aku terus-menerus melihatmu?"Adeline menganggukkan kepala sebagai Jawaban."Kenapa tidak nyaman? Aku 'kan suamimu. Wajar Jika aku menatap i

"Nona? Apa Anda tidak apa-apa?"Adeline melihat Bella menghampirinya dengan terburu-buru. Wanita itu juga membantunya berdiri dan mendudukkannya di bibir ranjang."Kenapa Anda bisa berada di bawah, Nona? Apa Anda baik-baik saja?" tanya Bella khawatir.Belum sempat Adeline menjawab, Bella hampir saja berteriak ketika melihat sebuah pisau yang terjatuh di lantai tak jauh dari tempat Adeline terjatuh tadi. Wanita itu lantas menyimpannya seakan tengah menyembunyikan pisau tersebut dari Adeline."Astaga! Nona, apa Anda mencoba ingin mengakhiri hidup?" tanya Bella.Dilihat dari sorot matanya. Adeline bisa merasakan bahwa wanita ini hendak mengeluarkan air mata. Dia hanya bisa mengangguk pelan sebagai jawaban."Ya Tuhan! Kenapa Anda melakukannya? Hal itu tidak baik, Nona. Anda bisa membuat orang-orang yang menyayangi Anda menjadi sedih," ucap Bella.Sudah tak terbendung lagi air mata yang sejak tadi Adeline tahan. Dia merasa tersentuh dengan ucapan Bella meski dalam hati, dia juga tidak yakin