Semua Bab Penyakitku adalah Mencintaimu: Bab 31 - Bab 40

Ini adalah kedua kalinya Puspa menyuruh Damar untuk menjaga etika.Damar melepaskan tangannya.Puspa menarik tangannya dan bersiap pergi.Dia melangkah maju.Namun, bukan berarti Puspa bisa pergi begitu saja. Damar merentangkan kaki jenjangnya dan berdiri di hadapan Puspa. Damar memiliki tubuh setinggi hampir 190 cm, jadi dia benar-benar mendominasi dari segi tinggi. Damar mencengkeram kedua lengan Puspa dan menindih tubuh wanita itu ke dinding di belakang. Damar juga sedikit membungkuk untuk menatap wajah Puspa.Hanya ada jarak sejengkal di antara mereka berdua.Damar menatap Puspa dengan lekat.Dia tidak ingin melewatkan sedikit pun ekspresi Puspa."Nggak ada yang namanya Puspa di kelas 2 waktu SMA kelas 2.""Jadi, siapa kamu?"Puspa sontak terkejut dan mengernyit sambil berpikir.Sewaktu makan di restoran pangsit, Damar bertanya Puspa berada di kelas berapa. Puspa pun menjawab kelas 2 dengan santai.Ternyata Damar benar-benar menyelidikinya."Dokter Damar, di mana sekolahku dan kela

Setelah itu, Puspa keluar dari kamar mandi.Dia melangkah maju, lalu mendadak berhenti.Toilet terletak di sudut koridor. Ada jendela di sebelahnya dan area merokok kecil.Damar mengenakan kemeja abu-abu muda dan bersandar di jendela, sementara angin bertiup dari belakangnya.Damar bersandar di jendela sambil memegang sebatang rokok. Setelah mengisapnya, jari-jarinya secara alami terkulai dan urat-uratnya menonjol di punggung tangannya dengan jelas.Damar menggulung lengan bajunya sehingga lengan bawahnya terlihat.Urat-uratnya menyebar hingga ke lekuk lengannya.Puspa refleks memandangi Damar.Damar mengalihkan pandangannya dari ponsel. Tatapannya acuh tak acuh, tetapi pupil matanya tampak sangat gelap. Damar bertemu tatap dengan Puspa dan mengangguk kecil.Puspa balas mengangguk.Lalu, Puspa menundukkan pandangannya dan melangkah maju.Kedua orang itu tidak berkomunikasi lebih lanjut.Mereka malah terlihat seperti sengaja menjaga jarak.Tepat saat Puspa pergi, seorang gadis keluar da

Puspa terbatuk-batuk karena asap rokok itu. Dia menarik baju Damar di bagian dada dan berujar sambil terbatuk-batuk, "Ini di sekolahan …."Apa Damar tidak takut ketahuan?Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 lewat, jadi tidak ada apa-apa di sekitar.Saat itu, Puspa menatap Damar dengan penuh harap.Karena pada saat itu, berat badannya mulai turun.Wajah cantik Puspa yang dulu mulai terlihat lagi.Tidak ada perempuan yang tidak mencintai kecantikan, tidak ada perempuan yang tidak ingin menunjukkan kecantikannya kepada orang yang mereka sukai. Puspa tahu Damar akan datang hari ini. Puspa sudah berniat menemui Damar malam nanti, jadi Puspa sengaja berdandan.Namun, Damar sepertinya tidak memperhatikan soal itu.Damar hanya bertanya, "Dapat berapa dalam sehari?""Dapat 160 ribu," jawab Almira dengan sorot tatapan yang tampak agak kecewa. "Karena kerja paruh waktu, jadi dapatnya 160 ribu per hari."Damar tertawa kecil. "Aku nggak bertanya apa-apa lagi, apa yang kamu pikirkan."Dia melirik ja

Sebagai seorang ayah, Dipta tahu betul karakter putra bungsunya. Sejak kecil, Damar selalu lebih unggul dari kedua kakak laki-lakinya.Jika bukan karena penculikan itu, Damar yang masih kecil tidak akan mengalami trauma mendalam atas kematian kakak kembarnya. Dia menyaksikan bagaimana Aditya disiksa oleh para penculik dan akhirnya tewas di hadapannya.Awalnya mereka adalah saudara kembar, tetapi sejak saat itu, semuanya berubah.Karakter Damar mengalami perubahan besar setelah itu. Dulu, dia adalah pembuat onar dalam keluarga, kemudian dia berubah menjadi anak yang pendiam, dingin, dan tampak jauh dari semua orang.Ario, putra sulung Keluarga Abimanyu, adalah putra dari sahabat lama Dipta. Dia sudah lama tinggal bersama mereka. Damar sangat menghormati kakaknya itu. Dipta awalnya berharap kedua putranya bisa bekerja sama mengelola Grup Abimanyu. Namun, siapa sangka, Damar malah memilih meninggalkan dunia bisnis dan menekuni dunia medis. Dia berinisiatif untuk menetap di luar negeri sel

Dulu, saat Damar mengutarakan permintaan itu.Sebenarnya dia memang ada niat untuk menolak gadis itu.Dokter Rena menatap Damar di hadapannya. Di luar, dia tampak seperti pria yang sempurna, tetapi urusan percintaannya sangat kacau. Dia bilang tidak menyukai gadis itu, tetapi dia merasa kesal ketika semua hadiah darinya dikembalikan. Dia bilang gadis itu bodoh, tetapi dia pernah melihat kegigihannya.Dia bilang tidak mencintainya, tetapi ada begitu banyak detail kenangan masa lalu yang masih membekas dalam pikirannya.Cinta kadang memang tumbuh dari kesan pertama. Baik itu karena penampilan maupun pandangan pertama, suatu hubungan harus berjalan cukup lama, barulah mereka mampu benar-benar mengenal karakter pasangan mereka.Gadis dalam cerita Damar, mungkin tidak menarik bagi Damar pada pandangan pertama.Namun, Damar tidak bisa melupakannya."Kenapa kalian putus?" tanya Dokter Rena."Waktu itu aku harus melanjutkan studi ke luar negeri," jawab Damar.Itu pilihan yang harus Damar ambil