Tous les chapitres de : Chapitre 121 - Chapitre 130

Anya telah kembali dari masa liburan yang ia jadikan sebuah alasan menghilang sejenak, padahal hanya melakukan penyekapan terhadap Ronald dan memastikan bahwa pria itu benar-benar tak bisa kabur dari sana."Sayang! Aku datang!"Renvier yang semangat menyisir rambutnya di depan cermin pun menoleh ke arah pintu. Tampak istrinya menyeret koper masuk ke dalam kamar. Harapan Renvier untuk melakukan pendekatan dengan Vannia besok di sekolah pun kandas."Kau pulang cepat? Mengapa tidak pulang lebih lama? Apa liburanmu puas hanya dalam hitungan hari saja?"Anya merotasikan matanya tengah, seraya menoleh pada Renvier. "Kau seperti tak senang aku datang. Kau ingin aku pergi lebih lama?""Ah, bukan begitu, Anya. Aku hanya ingin kau bersenang-senang lebih lama. Itu saja," sahut Renvier membela diri.Anya masuk ke dalam toilet, di situlah Renvier hendak menendang lemari. Ia kesal sekali karena Anya datang secepat itu, padahal rencananya untuk meluluhkan hati Vannia dan mencuri hari Gevano belum ad

Vannia benar-benar dibuat malu oleh Anya hari ini. Baru pertama kali bertemu setelah sekian lama, ternyata kelakuan Anya tak terubah. Vannia tak menyangka jikalau Anya akan menjebaknya seperti tadi. Vannia benar-benar dipandang remeh oleh ibu-ibu yang ada di sekolah anaknya dan semua itu gara-gara Anya. Mungkin gelar penggoda suami orang itu sudah melekat pada dirinya sejak hari ini.Pulang sekolah Vannia langsung memesan makanan untuk kedua anaknya. Ia tak ada mood memasak untuk hari ini. Bahkan rasanya tak ingin menyentuh apapun yang ada di dapur. Emosinya rasanya masih di ubun-ubun. Bayangan wajah menyebalkan Anya terekam jelas di benaknya. Awal yang buruk akan dimulai besok. Sudah pasti Anya tak hanya sekali mengganggunya."Pizza!"Vannia bergegas beranjak dari sofa menuju ke arah pintu. Ternyata benar pizza pesanannya sudah datang. Vannia membayarnya dan membawa masuk dua kotak pizza tersebut. Langkahnya ia tujukan ke ruang tengah lagi."Wah, Pizza!" seru Gevano yang sudah mengen

Sungguh Vannia tak tahu apa-apa tentang postingan yang dimaksud oleh Zein. Sampai akhirnya Zein membuka postingan itu di ponselnya dan menunjukkannya pada Vannia. Saat itulah Vannia syok sekali, ia benar-benar tak menyangka Renvier akan senekat itu. Bagaimana bisa mereka sempat mengambil foto bersama?"Astaga, Zein--aku benar-benar tak sadar mereka berdua berfoto bersama. Aku yakin aku tak melihat Renvier melakukan hal itu pada Gevano. Dan aku yang duduk itu kupikir aku sedang berbalasan pesan denganmu. Aku ingat itu," ujar Vannia membela diri."Tapi yang membuatku heran, kau merasa baik-baik saja saat dia ada di sekitarmu? Tak mungukin kau tak sadar dia ada di sekitarmu, bukan? Aku sangat yakin kau pasti tahu Renvier ada di sana, hanya saja tak sadar jika Renvier mengambil mengambil foto. Benar, bukan?" tebak Zein. Nada bicaranya memang tak seperti orang marah, tetapi Vannia tetap saja takut. Ia tahu Zein sedang cemburu terhadapnya."I-itu ... itu karena ...." Vannia ragu untuk menga

Hari ini Zein kembali mengantar Gevano sekolah. Pria itu sedari tadi tak henti-hentinya berceloteh menasihati Vannia agar tak sampai terbuai dengan rayuan Renvier nanti di sekolah. Vannia hanya bisa manggut-manggut saja berlagak patuh dengan suaminya. Walau apa yang disebutkan Zein agak berlebihan."Pastikan untuk bersikap cuek selalu dengannya. Jangan berikan dia peluang untuk memulai pembicaraan apapun. Begitu dia mendekat, kau harus segera menjauh. Jika dia mendekat saat kau sedang makan, singkirkan kursi yang kosong di sekitarmu atau taruhkah kakimu di sana agar tak bisa diduduki. Saat kau sendirian menunggu Gevano, pasanglah tampang mengerikan sepanjang waktu. Agar ketika ia memotretmu, dia tidak akan mendapatkan bidikan yang baik. Lalu--""Baiklah, Suamiku. Intinya aku harus membatasi komunikasi dengannya, bukan? Baiklah aku mengerti. Aku sangat mengerti," ucap Vannia tersenyum manis.Zein mencolek dagu istrinya. "Pintar sekali istriku. Jangan lupa praktik di sekolah, ya. Janga

Tibalah hari pernikahan Sansita dan kekasihnya--Bento. Acara pernikahan akan dimulai sebentar lagi dan Anya masih ada di rumahnya. Anya sedang di dapur, mengaduk sebuah minuman dengan perasaan yang teramat gelisah. Pasalnya, Renvier di kamar tengah bersiap-siap ingin ikut ke pesta pernikahan Sansita dan Bento. Padahal satahu Renvier, Bento adalah ayah kandung Anya. Lantas, bagaimana mungkin nikah lagi?"Aku harus melakukan hal ini. Tak ada pilihan lain lagi. Semoga Renvier tak akan curiga," ucap Anya seraya membawa minuman itu meninggalkan dapur.Di kamar, Renvier telah rapi dengan setelan jas hitamnya. Ia tersenyum miring menatap cermin ketika terdengar langkah kaki Anya yang mendekat sambil membawa sebuah minuman."Renvier, kau sudah bersiap?"Renvier pun menoleh. "Sudah, Sayang. Lihatlah! Bukankah aku sangat tampan?" Renvier merentangkan tangannya sedikit untuk memperlihatkan penampilannya."A-Ah, iya kau sangat tampan dan keren. Eumm ... aku membuatkan vitamin untumu agar kau kuat