Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati의 모든 챕터: 챕터 21 - 챕터 30

Renvier masuk ke dalam kamarnya. Ternyata tidak ada Anya di sana. Renvier telah memanggilnya sambil memeriksa kamar mandi dan juga balkon, tetapi tak juga menemukan keberadaan istrinya. Renvier berpikir Anya pasti sangat marah padanya. Namun, kecemasannya berhenti ketika melihat sebuah surat yang ada di atas kasur.'Renvier, aku benar-benar marah padamu! Bisa-bisanya kau tak pulang di malam bulan madu kita. Ke mana saja kau? Aku sudah menunggumu dengan tampilanku yang cantik. Jangan cari aku, aku ingin bersenang-senang sendiri. Lebih baik kau pulang saja jika tak ingin bersamaku di sini!'Renvier mendesah gelisah ketika membaca surat itu. Ia terduduk dengan lesu di kasur. Ada rasa bersalah di hatinya karena telah melupakan Anya yang ia ajak ke mari."Apa aku harus mencarinya? Tapi ke mana aku akan mencarinya?''"Astaga! Aku harus cepat berkemas sebelum Chella ke sini untuk menemui Vannia. Aku akan ketahuan berbohong jika tak langsung pergi dari sini," ucap Renvier panik. Ia langsung m

Renvier terkejut melihat keberadaan Anya yang membawa kopernya. Sepertinya istri keduanya baru sampai sekarang. Renvier pun berusaha bersikap baik, ia menunjukkan perhatiannya pada Anya."Anya, kau sudah pulang—""Iya, Sayang. Aku sudah pulang," sahut Anya seraya menyingkirkan Vannia dari samping Renvier. Lalu memeluk lengan pria itu dengan erat. "Renvier, ayo antar aku ke kamar. Aku benar-benar lelah hari ini," rengek Anya.Vannia merotasikan matanya. Renvier sejujurnya tak ingin memperlihatkan kemesraannya pada Vannia, tetapi Anya sungguh sulit untuk ditolak."Baiklah. Ayo kita masuk ke dalam," ujar Renvier seraya memasuki rumah bersama Anya.Vannia berdecih seraya tertawa kecil. "Anya-Anya. Kau berusaha terlihat mesra dengan Renvier setelah dicampakan Renvier di Jepang? Kau pikir permainan berhenti sampai di sini saja? Tidak. Tunggu sebentar lagi dan pertengkaran kalian akan pecah," monolog Vannia seraya mengirimkan sesuatu pada Renvier dengan nomor barunya.Renvier dan Anya sampai

Marisa membuatkan minuman untuk Anya. Wanita paruh baya itu masuk ke dalam kamar usai mengetuknya. Marisa mendapati Anya yang duduk diam di sofa menghadap balkon. Raut wajah Anya terlihat begitu suram."Anya, ini Ibu membuatkan minuman yang sangat berkhasiat untuk mempercepat kehamilan," ucap Marisa seraya meletakkan secangkir minuman itu di meja dekat Anya."Untuk apa aku meminumnya, Bu? Aku bahkan bertengkar dengan Renvier," ucap Anya lesu."Apa? Bertengkar? Bagaimana bisa kalian bertengkar padahal baru saja berbulan madu?" tanya Marisa terkejut.Anya akhirnya menghadap ke arah ibu mertuanya. "Bulan madu apa, Bu? Kami bahkan tak menghabiskan malam bersama. Renvier menghilang usai ingin membeli kopi di kafe hotel. Aku mencarinya ke mana-mana tetapi tak kunjung aku temukan. Ketika aku sudah muak, aku menuliskan surat di atas kasur untuk menunjukkan kemarahanku. Dan ketika aku kembali pagi itu, Renvier sudah meninggalkanku pulang lebih dulu, Bu!""Apa?" Marisa benar-benar tak paham den

Persiapan ulang tahun Marisa pun dilaksanakan esok harinya. Vannia baru saja keluar dari kamar, ia berpapasan dengan Renvier dan Anya yang akan pergi bersama. Vannia menghentikan langkahnya dengan pandangan ke arah lain."Eh, Vannia. Kau ingin ke tempat undangan, ya?""Ya. Aku telah memesannya tadi malam dan hari ini temanku sudah mulai mengerjakan. Mungkin nanti siang udah dapat aku ambil," sahut Vannia tanpa ekspresi."Oh begitu. Aku dan Renvier ingin membeli baju serasi buat besok. Lalu kami akan memilih kue ulang tahun yang bagus untuk ibu. Dan ... mendatangi penyewa dekorasi rumah ini. Wah, kupikir kita akan seharian mengurusnya kan, Renvier?" ujar Anya."Y-ya mungkin saja," sahut Renvier tak berminat.Vannia terkekeh pelan. "Sayangnya aku tak bertanya soal itu dan tak peduli dengan kegiatan kalian. Aku pergi dulu. Mungkin Zein sudah di depan," ucap Vannia seraya melenggang melewati mereka."Zein?" kaget Renvier. "Untuk apa dia ke sini, Vannia?"Vannia yang baru beberapa langkah

Acara ulang tahun Marisa dimulai pukul tujuh malam. Para tamu undangan pun berdatangan. Termasuk Zein juga ikut meramaikan pesta tersebut. Zein mengenakan setelan jas berwarna biru malam, sangat serasi dengan Vannia yang mengenakan gaun panjang berwarna yang sama. Vannia tampak cantik dengan riasan di wajahnya dan jepitan rambut kupu-kupu putih."Kau sangat cantik, Vannia," ucap Zein.Vannia tersenyum malu mendengar pujian itu. "Kau bisa saja. Bahkan yang memujiku sekarang terlihat sangat tampan. Aku jadi khawatir banyak istri orang yang mengincarmu di sini."Zein tertawa lepas mendengar candaan itu. "Mana mungkin aku tertarik dengan istri yang lain, selain istri pertama Renvier ini.""Sssstt ... jika Renvier mendengar, kalian akan berhenti berteman," tegur Vannia menatap sekitar dengan waspada."Tidak masalah. Dia tahu aku adalah sahabatmu, Vannia. Oh iya, katanya ada acara topeng begitu? Dansa dengan topeng maksudnya?""Iya, Zein. Berlina tadi sudah memberitahu kami bagaimana cara m