All Chapters of Rahasia Yang Terungkap: Chapter 11 - Chapter 20

"OLLIE… OLIVER…!!" Jerit Nina menggema di seluruh rumah, ia merasa sangat putus asa. Olivia menangis keras, Lara memeluknya dengan ketakutan, tubuhnya gemetar wajahnya pucat.Dalam sekejap suasana di mansion mewah itu menjadi gempar, semua orang sibuk mencari dengan cemas dan ketakutan. Kepala pelayan segera menghubungi Bill yang langsung disampaikan kepada Nathan.Tidak lama berselang, Nathan, Bill dan Emmy tiba di mansion. Nina sudah tak sadarkan diri. Wajah Nathan menjadi gelap, tubuhnya gemetar menahan marah dan juga takut. Dia segera menggendong Nina dan membawanya ke kamar. Bill segera menginterogasi seluruh pelayan dan Lara, yang masih gemetar ketakutan. Olivia sudah berhenti menangis walaupun masih terlihat sangat gelisah. Sedangkan Emmy segera menuju ke ruang kontrol.Emmy memeriksa seluruh rekaman kamera dari berbagai sudut. Pada hari kejadian, sempat terekam kamera sebuah van hitam terparkir di tempat yang agak jauh, namun tidak ada aktifitas yang terlihat, mobil itu diam s

“Baiklah, Sir. Saya akan memberikan satu informasi, berapa Anda akan membayar?”“Tergantung seberapa penting informasi yang kau berikan.” Keduanya bicara dengan suara yang rendah. Mike tertegun, dia tahu itu cara yang ilegal namun dia tidak punya pilihan kecuali pura-pura mentutup mata. Bill menyodorkan secarik kertas dan pulpen, lelaki itu menulis sederet angka. “Ini adalah nomor rekening istri saya, dia sedang hamil dan membutuhkan banyak uang. Saya khawatir uang yang dikirim sebelumnya tidak cukup, sedangkan saya akan mendapatkan hukuman yang lama.““Bukan main, memberi makan anak istri dengan uang panas,” seloroh Mike. “Itu sudah profesi saya, sir. Tapi menculik bayi bukanlah bidang saya dan saya tidak akan tega, karena saya juga akan menjadi seorang ayah.”“Okay, sekarang apa informasinya?” desak Bill. “Sebenarnya nama saya bukan Victor, tapi Kennedy biasa dipanggil Ken dikenal juga dengan Kenny. Saya memang punya komplotan kecil yang berprofesi sebagai pencopet dan perampok.

“Selamat malam Mr. Kane.” Terdengar suara ramah dan lembut menyapanya. Pedro tertegun, perempuan? Pedro mengangkat kepalanya dan menoleh, seorang gadis berdiri di sampingnya. Pedro menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Gadis itu mengenakan boots hitam panjang dengan celana jeans ketat dan t-shirt turtleneck hitam yang ditututup dengan coat coklat panjang. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai panjang dipermanis dengan baret yang senada dengan coat panjangnya. “Welcome to New York, Mr. Kane.”Kembali terdengar suara gadis itu dengan nada hangat dan senyum yang cukup manis, namun natural, tidak ada kesan dibuat-buat seperti gadis-gadis centil kebanyakan. Gadis ini sangat menarik, cantik dan senyumnya cukup menawan, mskipun dia mengenakan pakaian bergaya maskulin, dan tidak berdandan berlibahan. Tatapan matanya tajam, kata-katanya lembut namun tegas. Sekilas melihat Pedro bisa menilai, dia bukan gadis sembarangan. “Terima kasih,” sahut Pedro santai. “Anda siapa? Dan bagaimana

“Vla, tunggu….” Pedro memanggil Vla dan memegang tangannya. Vla terdiam di tempatnya, dia menoleh sambil mengerutkan kening. “Ya, ada apa?” “Apa kamu mau menemaniku ngobrol sebentar, banyak hal yang ingin aku tanyakan yang… sedikit menggangguku.” Vla melihat arlojinya, namun kemudian dia mengangguk. “Baiklah, hanya sepuluh menit.” Pedro mengangguk sambil tersenyum, lalu keduanya masuk. Pedro mengamati ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama dia berada di New York. “Apartemen ini sepertinya cukup nyaman,” ujar Pedro sambil tersenyum. Dia segera menuju bar counter minimalis yang ada di dekat ruang tamu. “Mau minum apa? Kopi? Bir? Whisky, wine atau….” “Haha, tuan rumah yang baik, bir saja,” potong Vla sambil tertawa kecil melihat gaya Pedro. Pedro segera menyuguhkan segelas bir untuk Vla dan segelas whisky untuk dirinya sendiri. “OK, kamu mau tanya apa? Ingat waktuku terbatas.” “Wow, kamu sangat efisien, aku juga bukan orang yang suka berbasa basi.” Pedro berkata de

“Mommyy… Mom… Mom.”Pedro tersentak, dia langsung bangun dan duduk, bibirnya masih mengucap kalimat itu dengan gagap, “M-mom…”“Ah, sial. Mimpi itu lagi.”Pedro bergumam kesal, belakangan dia sering terganggu dengan mimpi-mimpi itu. Bahkan pernah dia bermimpi melihat sepasang anak kecil yang terlihat sangat mirip, mereka bermain dengan riang, lalu kedua anak itu berlari mendekati seorang wanita sambil memanggil, mommy… mommy. Dan yang membuat dia terganggu, samar-samar dia melihat kedua anak kecil itu mengenakan kalung dengan liontin biru. Pedro segera mengambil air minum dan menenggak beberapa gelas, untuk menetralkan pikirannya kembali. Bell berdering nyaring, Pedro bergegas membukakan pintu dan disambut dengan senyuman manis Vla. “Selamat pagi, Pedro.”Pedro tertegun, penampilan Vla pagi ini berbeda dengan yang ia lihat tadi malam. Tadi malam penampilam Vla terlihat lebih maskulin. Tapi pagi ini, dia mengenakan blazer hitam dan kemeja putih, dipadu dengan celana hitam berbahan