All Chapters of Rahasia Yang Terungkap: Chapter 41 - Chapter 50

Sementara itu, di ruang yang berbeda, keluarga Wilson tengah bersiap-siap. Selain keluarga inti Nathan, Nina dan Livy. Mike dan Laura serta putra mereka juga sudah siap, tidak ketinggalan Christy dan Bob, mereka datang berdua karena anak mereka tidak bisa ikut serta. Sedangkan Aran hari itu absen, dia sudah memberitahu Nina jika ia tidak dapat hadir, karena bertepatan dengan pertemuan di parlemen dewan bangsawan Lord House. Sejak ayah mereka mengundurkan diri, maka Aran meneruskan tugas sebagai Baron Maxwell ke-7.Nathan tampil gagah dalam setelan jas midnight blue berpotongan klasik, dipadukan dengan dasi panjang berwarna ivory yang senada dengan gaun istrinya. Rambut coklat gelapnya tersisir rapi, menegaskan ketampanan yang tak lekang meski usianya sudah masuk paruh baya. Sorot matanya yang tajam memancarkan wibawa khas seorang CEO kelas dunia.Nina memukau dalam gaun panjang berwarna ivory berkilau dengan detail payet halus di bagian dada dan lengan, menambah kesan elegan sekaligu

“Anda sepertinya ingin mengatakan sesuatu, Mrs Carter?” tanya Vla yang secara tak sengaja menangkap gelagat Christy.Christy menghela napas pelan, lalu menoleh pada Vla dengan senyum yang tampak ramah meski matanya menyiratkan maksud lain.“Miss Valentina, bagaimana kalau kita mengambil beberapa kue di sana? Kelihatannya lezat sekali,” ajaknya sambil menunjuk meja panjang di sisi ballroom yang penuh dengan aneka mini cake, tartlets, dan petit fours yang ditata rapi berlapis kaca kristal. “Biarkan para lelaki di sini membicarakan bisnis.”Vla menoleh sekilas pada Pedro, meminta izin tanpa kata. Pedro hanya mengangguk tipis, pandangannya menyapu ruangan seakan mengawasi dan menghitung setiap pergerakan. Vla bangkit, tersenyum pada Christy, lalu melangkah bersama menuju meja dessert.Lampu kristal di langit-langit berkilauan, pantulannya mengenai gelas sampanye yang dibawa para pelayan. Musik klasik dari orkestra di sudut ruangan menambah atmosfer glamor. Namun di balik semua itu, Christ

Livy dan Vla terlibat percakapan santai dan ringan, kedua gadis itu langsung terlihat akrab seperti teman yang sudah kenal lama. Sesekali mereka bercanda dan tertawa, membuat suasana hangat dan cair. Sedangkan Pedro hanya diam, menjadi pendengar setia di tengah percakapan mereka, sesekali dia tersenyum tipis atau mengangguk, manakala Vla atau Livy menyinggung tentangnya. Dan matanya, tak pernah lepas dari kalung yang melingkar di leher Livy. Hal yang sama, ia perhatikan secara diam-diam, saat berada dalam posisi dekat dengan Nina.Namun, tidak ada yang tahu, di balik sikap tenang pemuda tampan itu, berkecamuk sesuatu di dalam dada dan pikirannya. “Uncle Mike!” Tiba-tiba Livy setengah berteriak memanggil Mike yang kebetulan melintas dan berada tidak jauh dari meja mereka. Livy melambaikan tangan pada Mike dan istrinya, Laura.Spontan Vla dan Pedro menoleh, mengikuti arah pandangan Livy. Seorang pria yang usianya tidak terlalu jauh dari Nathan, namun terlihat ketegasan dan kecermatan

“Putar arah, kita ke Hudson Yards Hotel.” Vla memberikan intruksi kepada sopir. Ucapan Vla mengejutkan dan membuyarkan lamunan Pedro.“Ada apa? Bukannya harusnya kita ke Broklyn?” tanya Pedro heran.Alih-alih menjawab Vla menatap rear vision mirror, Pedro mengikuti arah tatapan Vla. Seketika wajahnya menjadi serius sambil terus melihat. Dari spion dalam itu, jelas terlihat gerak-gerik mobil di belakang yang mencurigakan.“Ada yang membuntuti kita,” gumam Pedro pelan. Vla mengangguk. “Mereka sudah mengikuti begitu kita keluar dari N&N Hotel.”“Hmm, berarti banyak yang pasang mata saat kita di gala tadi,” sahut Pedro, matanya menyipit namun tak berpindah dari spion itu. “Kita jebak, dan cari tahu siapa mereka.”“Tidak perlu,” sahut Vla sambil tersenyum.“Maksudmu,” tanya Pedro menatap Vla.“Mereka hanya orang-orang yang penasaran tentang siapa sebenarnya kita, terutama kamu. Kemunculanmu dan OIL malam ini cukup membuat banyak pihak yang penasaran.”“Hmm, jadi kita akan menginap di hote

Pedro segera melempar wig dan mencuci wajahnya dari make-up tebal yang terasa seperti topeng. Ia juga segera mengganti pakaian yang menggelikan itu.“Huh, akhirnya wajahku bisa terbebas dari makeup menjijikkan itu,” ujar Pedro lega, dia segera ke pantry untuk membuat kopi.Vla hanya tersenyum melihat sikap Pedro. “Makeup kok menjijikkan, itu kan bisa membuat wajah cantik dan menutupi kekurangan.”Pedro menoleh pada Vla. “Iya kalau makeup yang normal dan yang memakai wanita. Kalau tadi, aku sudah seperti mayat hidup.” Ia terdiam sebentar dan menatap Vla. “Sana bersihkan makeup horormu itu. Bibirmu malah jadi hitam gitu, seperti hantu.”Vla terkekeh mendengar ucapan Pedro, namun dia segera ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.Tidak lama berselang Vla keluar dengan wajah yang sudah bersih, dia juga sudah mengganti bajunya dengan pakaian santai. Pedro sedang duduk di sofa sambil menikmati kopi.“Nah begini lebih baik, lebih fresh lebih menggairahkan, dibanding tadi seperti zombie.”