Semua Bab Mantan Jadi Suami: Bab 11 - Bab 20

Sebastian membawa Sera ke rumah sakit. Kini, Sera sedang dalam penanganan tim medis, papa dan mama sangat mengkhawatirkan putri semata wayangnya, mereka gelisah menunggu di luar ruangan. Berbeda dengan Sebastian yang tampak tenang. Bahkan terlalu tenang, Ia hanya menghela napas pelan, lalu mengangkat ponselnya dan menghubungi seseorang. “Halo Naomy...apa Olivia sudah menyelesaikan sesinya?" Sebastian berucap datar "Bisa kamu videokan? aku sedang berada dirumah sakit bersama Sera” ucapnya singkat, Meski kata-katanya sederhana, ada nada lembut yang tak bisa ia sembunyikan. Sebastian sangat menyayangi Olivia, hanya saja mereka jarang bicara Panggilan berakhir, tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada Naomy. Sebastian menyandarkan tubuhnya di kursi tunggu dan mulai membuka ponselnya untuk memeriksa pekerjaannya, Seolah tak ada yang terjadi. Mama Aisyah melirik menantu laki-lakinya yang masih asyik dengan ponsel, ia tak melihat sedikitpun kekhawatiran di wajah Sebastian. Mama m

Pagi menyapa. Sera terbangun lebih dulu, Matanya langsung tertuju pada sosok suaminya yang masih terlelap, ia tersenyum pahit. Sejak semalam, Sebastian memilih diam, entah mengapa, dan itu membuat Sera bingung, bukankah seharusnya ia bahagia mendengar kabar kehamilannya? Ia memilih diam, lalu beranjak pelan untuk membersihkan diri. Seperti biasa, Sera menyiapkan pakaian kerja Sebastian, kemeja, dasi, jas, dan celana dihamparkannya rapi di atas ranjang, agar Sebastian tak perlu lagi repot mencari. Sera mengambil ponselnya dan menghubungi Jelita, ia memintanya untuk bertemu nanti. Sera yang tidak tahu harus melakukan apa, memilih untuk membantu menyiapkan sarapan. Tak lama, semua telah tertata di meja makan. Sera bersiap memanggil seluruh anggota keluarga. Ia pun menyapa Olivia dan... pagi itu berubah menjadi kejutan yang tak terduga. "Apa kau hamil?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Olivia dengan gaya bicaranya yang sulit diubah, selalu terdengar sombong dan ang

Malam ini, Aiden, Vincent, dan Mike duduk mengelilingi meja makan, mereka sedang menikmati makan malam. Di kota ini, keluarga Aiden hanya Mike dan Vincent. Mereka bertiga sudah melalui banyak hal bersama, suka duka dan urusan kerja lainnya. Tak jarang, Mike dan Vincent menginap di apartemen Aiden. Sama seperti malam ini, mereka memilih bersantai di kediaman Bos sekaligus sahabat mereka Menurut laporan anak buah Vincent, Sera memiliki sahabat bernama Jelita Elara. Mereka berteman sejak awal masuk kuliah, dan konon katanya tidak ada rahasia di antara mereka berdua. Hampir setiap hari mereka bertemu, seolah gadis itu menjadi tempatnya dalam berbagi segala hal. “Jadi kau sudah mendapatkan nomor Jelita?” tanya Aiden pada Vincent. “Of course. Aku tidak suka bekerja setengah-setengah,” jawab Vincent dengan nada menyombongkan diri. “Aku akan memberimu bonus,” ucap Aiden, yang memang selalu menghargai kerja keras sahabatnya. Mike langsung memprotes, “What?! Ini tidak adil!.” “A

Sarapan pagi sudah dihidangkan, anggota keluarga lainnya sudah berkumpul di meja makan. Setelah pertengkaran hebat dikamar, tampak Sebastian dan Sera turun bersama dari lantai atas, namun langkah Sebastian lebih cepat, meninggalkan istrinya di belakang. Gerakan itu sederhana, tapi terlihat jelas jika hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Sera menahan dirinya, tak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya. Tatapannya hanya tertuju pada Naomy, yang duduk manis di kursi yang biasa ia tempati. Sekilas, Sera melihat Olivia tersenyum mengejek, Sera tidak memperdulikannya, ia berjalan melewati Olivia dan duduk di sebelahnya "Perkataanku tempo hari benar kan?” bisik Olivia pelan, matanya tidak menatap Sera, melainkan memandang ke arah Sebastian dan Naomy yang tengah bercakap ringan. Sera mengikuti arah pandangan Olivia, Sebastian dan Naomy terlihat akrab, tanpa canggung sedikit pun. Sera menghela nafasnya. Ia memilih diam, tenaganya sudah habis memikirkan permintaan aneh Se

Sera pulang ke rumah dengan perasaan lebih tenang, setelah melepaskan segala kegundahan hatinya pada Jelita. Namun ketenangan seklah hanya milik sesaat. Malam ini, setelah membersihkan dirinya, lagi-lagi ia melewatkan makan malam bersama keluarga Sebastian. Tak ada yang mencarinya, jangankan mencari, bertanya pun mereka enggan. Merasa tenggorokannya kering, Sera turun untuk mengambil minum. Dari dapur, ia bisa melihat keluarga Sebastian masih duduk rapi di meja makan, sambil menikmati hidangan. Sepe biasa, mereka makan dalam keheningan hanya dentingan sendok yang terdengar. Malam itu sama seperti malam-malam sebelumnya, kursi Sebastian kosong, sudah satu minggu Sebastian tak ikut bergabung. Sera melewati mertuanya begitu saja, diam tanpa menyapa, ia sudah sudah muak dengan senyum manis yang penuh kepalsuan “Kau benar-benar ingin menggugurkan anakmu, Ser?” suara Olivia terdengar di belakangnya. Sera berhenti, menoleh sekilas. “Memangnya kenapa?” jawabnya santai sambil menua