Semua Bab Mantan Jadi Suami: Bab 31 - Bab 40

Sebastian meninju dipan tempat tidurnya, dadanya naik turun karena amarah yang memuncak pada Sera "Berani-beraninya kau memutuskan panggilanku, sial!!" Teriaknya kembali mengayunkan tinju ke udara Sebastian menghela nafas kasar, kemudian menekan sebuah nomor, seseorang yang selalu jadi tempat pelampiasannya. Senyum sinis terukir di wajahnya, lalu tanpa pikir panjang ia segera melangkah pergi. Sesampainya di apartemen tujuan, ia mengetuk pintu pelan, dan tak lama kemudian seorang wanita cantik muncul dengan senyum manis yang bisa menenangkan hatinya. Tanpa ragu, Sebastian memeluknya erat, mencium lembut dan menyesap wangi dari wanita pujaan hatinya. Rasa marah yang tadinya menguasai perlahan mereda, berganti dengan gejolak asmara yang menggebu. Bibirnya segera melumat bibir wanita itu dengan rakus dan tentu saja, kita semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. Mereka melepaskan birahi mereka di atas ranjang empuk. “Terus, sayang… yah..yah...aku sangat mencintaimu, Naomy...enghh

Seseorang mengetuk pintu rumah Jelita, Aiden dan Mike yang mendengar hanya saling pandang, Mike berinisiatif untuk mengintai, ia memberi kode kepada Aiden Di saat yang sama Jelita dan Sera muncul dari ruang tengah rumah Jelita, Mike menghampiri Jelita dan Sera begitu juga Aiden Aiden meminta kepada Jelita untuk membuka pintu "Kau buka pintunya, dan kau ikut aku sebentar" Aiden menarik Sera ke arah dapur Mike menemani Jelita membukakan pintu, Mike sempat berpesan untuk menyembunyikan keberadaan mereka, Jelita mengangguk, ia membuka pintu dengan tenang, ia tersenyum menyambut tamunya "Sebastian" panggil Jelita sambil tersenyum paksa, namun ia harus berakting, seolah ia tidak tahu permasalahan mereka " Apa Sera masih di rumahmu?" Tanya Sebastian ikut tersenyum Jelita mengangguk mengiyakan "Kami baru saja akan pergi ke bekerja" ucap Jelita, ia meminta Sebastian untuk masuk dan duduk di ruang tamu Mike, Aiden serta Sera sedang berada di dapur untuk sembunyi, Sebastian duduk

Sera terbaring lemah di rumah sakit, kini ia sudah berada dikamar perawatan, Mama dan Papa tak henti berdoa agar Sera segera bangun dari tidurnya Sementara itu di koridor rumah sakit, terlihat Aiden sedang berbicara pada Mike, ia meminta Mike untuk mencari cara agar semua yang terjadi tidak diketahui oleh Sebastian, Sebastian tidak mengalami luka yang parah, hanya luka lecet dan sedikit benturan di kepala Aiden masuk ke dalam kamar rawatan Sera, ia bertemu dengan kedua orang tua Sera. Aiden tersenyum hangat lalu menyapa dan menjabat tangan mereka. "Terimakasih Pak Aiden sudah membantu anak kami" ucap Mama "Sama-sama Bu. Kita harus saling membantu sesama" jawab Aiden tersenyum lembut Sera melenguh pelan, matanya perlahan mengerjap, berusaha mengenali tempat ia berada sekarang. Aiden dan kedua orang tuanya memperhatikan dengan cemas. Mama segera mendekat, begitu pula Aiden. Sera tersenyum melihat kedua orang tuanya, ia juga tersenyum lembut pada Aiden namun kaku. "Syukurlah

Dengan segelas kopi dan roti di tangannya, Aiden berjalan menelusuri lorong rumah sakit menuju kamar Sera. Saat hendak masuk ia mendengar keributan dan terdengar suara Sera yang berteriak kencang, ia mengintip dari celah pintu Aiden mengernyit lalu pergi menemui perawat "Maaf sus, tolong panggilkan dua sekuriti untuk mengusir tamu yang berada di kamar VIP" "Baik pak sebentar" jawab perawat, lalu bergegas memanggil sekuriti melalu telefon ruangannya Tak lama kemudian terlihat dua orang sekuriti sedang berjalan ke arahnya, Aiden mengulangi permintaannya untuk mengusir Sebastian dan keluarganya karena membuat keributan Saat Aiden dan sekuriti berjalan kembali menuju ke kamar Sera, terdengar teriak Sera semakin keras, Aiden mempercepat langkahnya dan meminta sekuriti untuk masuk Sekuriti berhasil mengeluarkan Sebastian dan keluarganya dari ruangan Sera, sementara Aiden menunggu di pojok kanan agar tidak terlihat oleh Sebastian. Jelita juga membantu mengusir hingga keluar ruanga

Sebastian terbangun dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya akibat kecelakaan yang terjadi tempo hari, pagi ia berencana akan kembali mengunjungi Sera dan memaksanya untuk melakukan tes DNA sebelum anak itu lahir ke dunia Setelah membersihkan dirinya dan merawat lukanya, Sebastian bergabung bersama keluarganya untuk menikmati sarapan pagi "Selamat pagi Pa, Ma" Sebastian menyapa kedua orang tuanya "Apa yang sudah kalian lakukan kepada Sera?" Suara bariton itu memenuhi ruang makan, nadanya tegas dan dingin Tak ada seorang pun yang menjawab. Mama, Sebastian atau pun Olivia, suara itu terdengar menyeramkan di telinga mereka "Jawab aku!!" Ucap Papa lagi "Kami hanya berkunjung sayang, tidak melakukan apapun" akhirnya Mama membuka suara "Dan kau Sebastian!!" Tatapan elang itu menghunus tajam ke arah Sebastian "Aku...aku hanya memintanya untuk melakukan tes DNA Pa, aku ragu jika itu adalah anakku. Apa lagi bayi di dalam kandungannya cacat" ucap Sebastian, ia sangat takut jika Pa