“Maaf mengganggu,” katanya sopan. Senyum hangat terlukis di wajahnya, meski ada sedikit kegugupan yang tak sepenuhnya tersembunyi dari caranya berdiri.Bumi dan Sita menoleh. Bumi tersenyum, lalu berdiri, mengulurkan tangan.“Iya benar, saya Bumi,” ujarnya ramah. “Maaf, apakah kita pernah bertemu?”“Belum,” jawab Radit cepat, sambil tertawa kecil. “Tapi saya tahu Kang Bumi. Saya mengikuti karya Akang sejak lama—Bubat, The Winter Oath, baik novel maupun filmnya. Luar biasa. Dua-duanya saya dan istri saya tonton lebih dari sekali.”“Terima kasih,” kata Bumi. Ia menatap Radit sejenak, mencoba mengenali wajah itu, tapi yang ia temukan hanya ketulusan.Radit mengangguk, menambahkan dengan nada lebih ringan,“Saya tak ingin mengganggu makan malam, tapi... rasanya sayang kalau tidak menyapa.”Sita tersenyum sopan. “Tidak apa-apa, kami senang disapa. Terima kasih sudah menonton.”
Terakhir Diperbarui : 2025-11-27 Baca selengkapnya