Semua Bab Siapa Sang Kekasih: Bab 21 - Bab 30

"Sialan," Rosalyn memaki sambil melihat jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul 3 sore, artinya ia sudah menunggu selama satu jam lamanya. Pandangannya meralih menyapu setiap sudut cafe yang tenang. Tidak, ini bukan cafe biasa, melainkan tempat bisnis elite yang biasa digunakan oleh para konglomerat. Dia tak tahu maksud dari Tuan Harris mengundang nya kesini dan membuat dirinya menunggu dengan lama. Bahkan segelas Americano yang ia pesan sudah hampir habis, seperti kesabarannya. "Apa dia mempermainkanku sekarang?" Gumam Rosalyn dengan jengkel, dia memang mendengar banyak rumor tentang Tuan Harris yang begitu menyebalkan, tapi ternyata itu benar adanya. Dia pasti pria yang begitu arogan sampai menyepelekan dirinya dan membuatnya menunggu seperti ini. Tak sanggup melawan rasa jengkel yang memenuhi dadanya, Rosalyn bangkit dan menunduk sambil memasukkan ponsel dan dokumen ke dalam tasnya. Ia berniat pergi, tetapi sepasang sepatu kulit mengkilat mahal

"Jadi mereka berdua bersembunyi di sana?"Rosalyn tidak bisa menyembunyikan rasa jijiknya; dia mendengus pelan sebelum akhirnya kembali menatap asistennya itu.Duduk di ruang kerjanya yang baru, Rosalyn mulai disibukkan dengan tumpukan pekerjaan yang harus ia selesaikan, membuat kepalanya begitu ketat seolah sedang diikat oleh karet. Namun saat mendengar laporan dari Ren, tali di kepalanya langsung mengendur. Sebuah informasi segar yang bisa membuat hatinya terasa begitu ringan."Benar, Nona Rosalyn," jawab Ren, melihat laporan di tabletnya. "Ada seseorang yang melihat mereka tinggal di kampung halaman Irene yang terpencil; itupun rumahnya berada di ujung hutan.""Apa disana tidak ada internet atau TV?" Tanya Rosalyn yang dijawab gelengan oleh asistennya."Kampung itu begitu terpencil, Nona, bahkan hampir terisolasi; butuh hampir 11 jam hanya untuk sampai di sana setelah melewati hutan yang panjang. Tidak ada saluran TV dan internet yang bisa sampai kesana. Untuk listrik saja mereka

Video Clara Collin yang berlarian dan berteriak histeris di jalanan seperti orang gila telah viral dalam hitungan jam. Sejak pagi, media massa dan vlogger memenuhi jalanan menuju Mansion Collin, berkerumun di depan gerbang hanya untuk memastikan rumor tersebut. Mansion Collin yang luas dan megah, kini terlihat kotor, dan tidak terawat. Cat dinding mulai kusam, tanaman di pekarangan kering, dan sampah berserakan di sekitar gerbang. Tak ada satupun pelayan atau pekerja yang terlihat. Semakin memperkuat desas-desus bahwa Keluarga Collin benar-benar bangkrut. Wartawan dengan cepat menyoroti kontras antara kemewahan yang dulu diagungkan dengan kondisi terbengkalai saat ini. Sedangkan di dalam mansion, Hanna Collin menggigit kukunya dengan resah. Ia sudah mengunci rapat pintu depan, tapi kegelisahannya tak kunjung hilang, apalagi mengingat banyaknya wartawan di luar gerbang. Video tentang Clara kemarin sudah pasti menyebar. Ia tak rela putrinya dicap gila oleh orang lain. Bahkan jika

Suara tembakan menggema keras, memecah keheningan di ruang kerja Rosalyn. Sebuah peluru melesat, menyasar tembok di belakang Sean Harris, nyaris membolongi lapisan peredam suara yang tebal. Asap tipis mengepul dari laras pistol kecil itu. Tapi bukannya marah, Sean malah terkekeh pelan. Dia bahkan tidak bergerak sama sekali saat Rosalyn benar-benar menarik pelatuk pistol tersebut. "Kemampuan menembakmu buruk," komentarnya remeh sambil mengusap pipi kanannya yang sedikit terasa nyeri. Darah segar sedikit mengalir dari sayatan tipis. Sean mengusapnya dengan santai seolah itu bukanlah apa-apa. Peluru itu hanya menyerempet wajahnya, tipis sekali. Tetapi senyumnya semakin lebar saat menatap Rosalyn, dan anehnya matanya malah mengkilat penuh kebahagiaan. Menyadari Sean yang malah semakin menyeringai lebar padahal ia baru saja hampir tertembak, membuat Rosalyn semakin jengkel. Ini tidak berjalan sesuai rencana, padahal ia sudah sengaja menembak dan memplesetkannya hanya untuk menganca

"Apa-apaan ini?"William berdecak keras saat lagi-lagi melihat lauk yang disiapkan Irene hanya tempe dan sayur sederhana.Rasa lapar yang meluap-luap pada perutnya seketika menguap; dengan kesal ia membanting sendok di piringannya, membuat suara dentingan yang begitu keras.Irene yang mendengar suara dentingan seketika keluar dari kamar. Dengan menggunakan daster sederhana, kecantikan Irene tampak menghilang, apalagi dengan tidak adanya perawatan ataupun makeup yang biasa ia pakai sehari-hari.Melihat tampilan Irene, diam-diam William kembali berdecak. Irene persis seperti seorang wanita yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri.Ia merasa bosan melihat Irene yang tampak begitu biasa itu; kecantikannya seolah memudar setelah hidup sederhana di desa ini.Pikirannya tiba-tiba melayang, ia teringat Rosalyn. Rosalyn yang masih tampak cantik meskipun tanpa makeup, bahkan jika ia baru saja bangun tidur."Sialan!" Maki William frustrasi saat lagi-lagi malah teringat mantan istrinya itu!Wani