Siapa Sang Kekasih

Siapa Sang Kekasih

last updateLast Updated : 2025-10-19
By:  Neby_anUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Selama bertahun-tahun, Rosalyn Anderson menjadi istri yang penurut. Namun, kematian sang ibu seperti pembebasan untuknya. Ia membuang semua topeng kepatuhan, menuntut cerai dari suaminya yang berselingkuh, dan memulai misi balas dendamnya. Apakah setelah bercerai, Rosalyn mampu untuk membalaskan dendamnya? atau malah terjerat dengan pria lain yang lebih sampah ketimbang suaminya dulu?

View More

Chapter 1

Bab 1

Aroma bunga dan tanah basah tercium jelas seolah menusuk indra penciuman. Rosalyn Anderson, perempuan berusia 26 tahun itu hanya berdiri kaku di depan liang lahat mendiang ibunya.

Prosesi pemakaman telah usai, kerumunan pelayat mulai menipis, menyisakan keheningan yang menyesakkan dan hanya menyisakan kerabat dekat.

Di samping gundukan tanah merah yang baru, Rosalyn berdiri tegak. Mengenakan gaun hitam khas pemakaman, wajah cantik Rosalyn masih terlihat sempurna, hanya saja wajahnya begitu datar, tanpa setetes pun air mata yang menetes.

"Keluarga suaminya tidak ada yang datang."

"Suaminya tidak datang? Bahkan ibu mertuanya pun juga tidak ada."

"Tapi dia sendiri tidak menangis... aneh sekali."

Rosalyn mendengar semua bisikan itu, namun ia tidak bergeming. Ia hanya menatap dingin batu nisan yang kini menancap kokoh di atas gundukan tanah.

Nama ibunya terukir jelas di sana, seolah memberikan fakta bahwa ibunya sudah terkubur di bawah sana.

Bahkan sampai akhir, William tidak juga datang.

Tiba-tiba, sudut bibir Rosalyn terangkat membentuk senyum tipis, nyaris tak terlihat, namun penuh ejekan yang kejam. Ia menunduk, matanya menatap tajam ke arah nisan sang ibu.

"Jadi, apakah ini yang Ibu inginkan?" bisiknya pelan, suaranya sedingin angin yang berembus.

Seketika ingatannya terlempar ke masa lalu, suara-suara tajam ibunya memenuhi kepalanya seperti kaset rusak.

"Jadilah perempuan yang penurut Rosalyn, maka ibu akan menyayangimu."

"Kamu harus jadi perempuan yang lemah lembut dan penurut, Rosalyn."

"Rosalyn, jangan pernah membangkang, atau ibu tidak akan menyayangimu lagi!"

Ia teringat lagi bagaimana ibunya selalu mengancam. Wajah ibunya yang mengeras, tatapan tajamnya yang seolah mampu membunuh putri satu-satunya jika tidak menurut.

Tapi sekarang, Ibu sudah mati.

Tidak ada lagi alasan untuk tetap menjadi wanita penurut yang bodoh itu. Tidak ada alasan lagi untuk tetap menjadi wanita sempurna seperti yang diinginkan ibunya.

Tekad membaja mengisi hati Rosalyn yang kosong. Senyum sinis itu semakin mengembang.

"Aku tidak akan diam lagi setelah ini, Ibu," bisiknya, sebuah janji yang disematkan di atas pusara.

"Aku akan membalas semua orang yang sudah menginjak-injakku selama ini."

Setelah pemakaman selesai, Rosalyn akhirnya kembali ke mansion keluarga Collin.

Langkah kakinya terdengar hampa di lantai marmer yang mengilap, namun di dalamnya tersimpan kekuatan yang tak terduga.

Baru saja ia membuka pintu utama, suara tawa riuh, denting gelas, dan musik yang ceria menyambutnya. Pesta di ruang tamu, yang sudah dimulai sebelum ia berangkat ke pemakaman, ternyata belum selesai.

Ibu mertuanya, Hanna, dan adik iparnya, Clara, sedang asyik bergosip ria dengan kumpulan ibu-ibu sosialita lainnya. Mereka tertawa lepas, menikmati hidangan dan minuman mahal, seolah sedang merayakan pesta alih-alih datang ke pemakaman besan mereka.

"Oh, itu si mandul sudah pulang," bisik salah satu wanita, cukup keras hingga Rosalyn bisa mendengarnya.

Tapi Rosalyn mengabaikan. Ia terus melangkah melewati mereka, namun pandangannya tertuju pada sebuah guci antik tinggi yang berdiri kokoh di sudut ruangan. Guci itu adalah warisan keluarga Collin yang bernilai fantastis.

Rosalyn tersenyum sinis; tanpa peringatan, ia meraih guci itu. Dalam sekejap, ia membanting guci mahal itu ke lantai marmer di tengah-tengah kerumunan.

PRANGG!

Suara pecahan guci itu menggema memecah keheningan, menghentikan tawa riuh Hanna dan teman-temannya seketika.

Serpihan keramik berserakan dimana-mana, memantulkan cahaya lampu gantung yang mewah.

Suasana seketika kacau. Para wanita sosialita menjerit kaget, dan Hanna dan Clara menatap Rosalyn dengan mata terbelalak, syok dengan tindakan yang sama sekali tidak mereka duga.

Rosalyn tidak peduli. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi, seolah yang ia pecahkan hanyalah segelas air biasa.

"Rosalyn! Apa yang kau lakukan?! Kau sudah gila?!" teriak Hanna dengan suara yang melengking tinggi. Ia tak menyangka menantu yang selama ini diam dan lemah tiba-tiba melakukan hal gila seperti ini.

Tapi Rosalyn tidak menjawab. Ia hanya terus melangkah, melewati pecahan-pecahan guci itu. Berjalan menuju koridor panjang tempat ruang kerja suaminya berada.

Pikirannya yang kalut, tanpa sadar membawa langkahnya menuju ruang kerja William dengan cepat. Tapi sampai di sana, ia hanya diam saat kembali melihat pemandangan menyakitkan itu.

Pintu ruang kerja William sedikit terbuka, dan dari celah itu, terdengar desahan-desahan yang familiar.

Rosalyn berhenti di ambang pintu. Sebuah adegan vulgar terpampang jelas di hadapannya.

William, tengah bercumbu mesra dengan selingkuhannya, Irene Angel, artis papan atas yang karirnya kini sedang merangkak naik.

Sofa berantakan, pakaian berserakan, aroma parfum murahan Irene seketika menusuk hidungnya.

Melihat itu, napas Rosalyn tak bergeming. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi, seolah yang ia lihat hanyalah dua patung tak bernyawa. Perasaannya terhadap William seolah sudah mati, terkubur di bawah tumpukan kekecewaan dan penindasan selama bertahun-tahun.

"William," panggil Rosalyn dengan suara yang datar, nyaris tanpa emosi. Ia bergerak masuk dengan santai.

Melihat kedatangan Rosalyn, William, dan Irene sontak terlonjak kaget. Mereka tak sempat menyembunyikan apa pun, hanya sebuah baju yang ia tarik asal untuk menutupi tubuh telanjang keduanya.

"K-kamu sudah pulang?" Tanya William dengan kaget, ia tak berpikir pemakaman selesai secepat itu.

"Bagaimana dengan pemakaman ibu?" Tanyanya lagi sambil bergerak bangkit menuju Rosalyn.

Tapi saat ia ingin memegang tangan Rosalyn, tubuh Rosalyn mundur seolah jijik dengan tatapan aneh yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Rosalyn hanya diam sambil menatap dingin William; tatapannya beralih ke belakang, di mana Irene tersenyum kemenangan seolah mengejek dirinya.

"Aku ingin cerai."

Dua kata itu meluncur lugas dari bibirnya; dia menatap William tajam penuh kebencian.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status