Suara itu membuat Nadira menoleh cepat. “Oh, Pak Raka. Selamat pagi, Pak,” sapa Nadira dengan ramah setelah ia tahu bahwa itu adalah kepala tim nya.Raka tersenyum, tapi tatapan matanya tampak menelusuri jalan yang baru saja dilewati mobil Aryan tadi. “Tadi aku sempat lihat kamu turun dari mobil. Itu—kamu diantar seseorang, ya?”Nadira sempat kaget mendengar nada tanya itu, tapi ia menanggapinya dengan ringan. “Iya, Pak. Itu tadi Mas Aryan, suami saya. Kami sudah berbaikan dan sekarang memutuskan tinggal berdua lagi di rumah kami,” jawabnya dengan senyum tenang.Sejenak, ada sesuatu yang melintas di wajah Raka, seperti kerlip emosi yang tak sempat tersembunyi. Sedikit kaget, sedikit kecewa, entah. Tapi cepat sekali ia menunduk kecil dan mengatur ekspresinya. Saat kembali menatap Nadira, yang terlihat hanyalah senyum sopan.“Wah, aku senang dengarnya. Akhirnya kamu bisa tenang kerja di sini.”Nadira menatapnya sambil mengangguk pelan. “Iya, betul sekali, Pak. Sekarang saya tidak perlu
Last Updated : 2025-10-22 Read more