“D-Dito?” Suara Bu Kasmini tercekat. “I-iya, Nek,” jawab Padito cepat, bibirnya tampak memaksa mengulas senyum.“Kamu dari tadi di sini?”Padito menggeleng cepat, lalu mengangguk. “Enggak. Maksudnya … iya.”Bu Kasmini diam, mata tuanya menelusuri wajah cucu menantunya itu. Lalu, pelan-pelan ia menarik tangan Padito dan menyeretnya ke ruang tengah.“Kamu denger semua?”Dito mengangguk, wajahnya menunduk, benar-benar tak bisa menyembunyikan kesedihannya.“Charlotte kok mau cerai, Nek? Emangnya salah Dito apa sama Charlotte? Padahal selama ini Dito usahakan yang terbaik buat Charlotte.”Bu Kasmini menarik napas berat. Menjelaskan pada orang seperti Dito itu harus pelan, harus dari hati ke hati. Harus tricky, karena Dito bukan orang rumit, tapi perasaannya terlalu jernih seperti gelas kaca bening.“Nenek tahu, Dito. Nenek lihat kok semuanya. Kamu yang paling sabar, paling perhatian. Kamu yang setiap hari mikirin apa yang Lote suka, yang nahan diri sampai bayi lahir. Nenek tahu, Dito itu
Last Updated : 2025-09-29 Read more