All Chapters of Suamiku yang Tak Normal: Chapter 41 - Chapter 50

Lote sampai di pasar dan langsung menyapu pandangan. Penampilannya disamarkan dengan hoodie abu-abu, kacamata hitam, masker, dan sandal crocs hijau neon milik Bu Kasmini. Setelah berjalan beberapa saat ke dalam pasar, dia akhirnya menemukan Dito dan Dhysa sedang memilih tomat bersama. “Oke target ditemukan,” ucapnya lirih, lalu bersembunyi di balik tumpukan karung asam kandis. Dari celah sempit karung itu, matanya tak berkedip memandangi Dito dan Dhysa yang tengah tertawa. Tangan Dhysa sempat memegang lengan Dito saat tomat hampir terjatuh, dan Dito balas tertawa sambil mengusap jidatnya sendiri. “Cih, engga ada yang lucu juga.” Mulut Lote bersungut-sungut tak suka. Dito tertawa empat kali, senyum dua kali. Gue juga bisa ketawa, DIT! Ganjen banget si Dhysa, gerutunya dalam hati. Entahlah, ada denyut tak nyaman dalam diri Lote saat melihat pemandangan itu. "Neng! Ma

Dito berjongkok di depan Lote. Ia baru saja kembali dari dapur, membawa segelas air putih. “Charlotte minum dulu ya, pelan-pelan.”Lote menerima dengan tangan gemetar, lalu meneguknya perlahan.“Charlotte sekarang bisa cerita sama aku, apa yang sebenernya terjadi pas malam enggak pulang itu?”Lote menggigit bibir. “G-gue … di–dia … huaaaaa ….”Bukannya menjawab, Lote justru memeluk Dito erat, dan tangisnya pecah begitu saja.Trauma dari kejadian itu selama ini ia tekan dalam-dalam, karena pikirannya dipenuhi permintaan cerai Dito.Namun saat sang suami akhirnya bertanya, menunjukkan bahwa ia peduli, Lote tak mampu lagi menahan beban itu.Dito balik memeluk Lote. “Ssshh … gak apa-apa,” bisiknya. “Charlotte aman sekarang.”Tangis Lote makin keras, tapi Dito tetap menenangkan.“G-gue takut, Dit ….”Beberapa saat kemudian, Lote mulai tenang, ia pun menceritakan semuanya. Bagaimana Ucup memaksa dan

"Gue bisa ngerjain semua pekerjaan rumah. Gue bakal belajar masak lebih giat, jagain Princessa, beberes, semua. Lo yang ke pasar, gue ga keluar lagi kecuali sama lo atau nenek. Gue ga mau khilaf lagi. Gimana?" tanya Lote harap-harap cemas.Dito menggeleng kuat. "Ga bisa Charlotte. Aku sudah bilang sama Tono, mau nyoba dulu sama Dhysa.""Dito! Lo bilang lo masih cinta sama gue, napa lo begitu? Lo ga percaya sama gue?""Iya, aku belum bisa percaya sama Charlotte."Deg!Lote merasa dihantam godam di ulu hatinya. Benar! Kepercayaan yang sudah rusak, tak akan semudah itu dipulihkan. Harusnya dia tak menuntut Dito. Ini kesalahannya."Inces juga sudah nyaman sama Dhysa. Dhysa juga bertanggung jawab orangnya."Seperti tamparan keras bagi Lote. Dia memang menjadi ibu yang buruk, yang lebih mementingkan ego dan melupakan perannya. Lote menunduk malu. "Dit! Kasih gue kesempatan, gue bakal jadi ibu yang lebih bertanggung jawab buat Princes dan istri yang baik bagi lo."Dito berdiri, mengusap kepa

Pagi-pagi Dito sudah pergi ke peternakan, dan bilang ke Lote kalau dia akan ikut Tono mengirimkan telur ke kota. Lote mengangguk dan melepas kepergian suaminya itu dengan satu wadah pisang goreng yang masih panas. Pokoknya dia benar-benar akan menjadi istri yang baik.Lote bersenandung kecil sambil merapikan pakaian Princessa yang mau disetrika. Dalam otaknya dia sudah menyusun rencana akan memasak apa untuk suaminya nanti.Ia menatap Princessa yang sudah wangi dan tidur lagi karena kekenyangan ASI, dan saat tak sengaja melirik jam dinding, Lote mulai bertanya-tanya. Kemana Dhysa? Sudah jam sembilan dan gadis itu belum muncul di sana.Lote sempat tersenyum kecil. “Akhirnya sadar juga,” pikirnya, mengira Dhysa tak akan datang lagi.Sayangnya, harapan itu hanya bertahan beberapa detik. Dari kejauhan, gadis itu terlihat berlari seperti dikejar utang.“Mbak, Mas Dito mana?” tanyanya dengan napas ngos-ngosan.Lote mendelik t

Lote mencoba berontak, tubuhnya tersentak ke kiri dan kanan, tapi cengkeraman Ucup terlalu kuat.“Lepasin! Ucup, lepasin gue!” jerit Lote, matanya bergerak liar mencari celah untuk kabur. Namun pintu depan terasa jauh, dan tubuh Ucup seperti batu besar di atasnya.Ucup tertawa kasar, giginya yang kuning menyeringai jijik. “Dari dulu aku pengen ngerasain kamu, Bidadari. Kamu itu seksi banget. Aku bosen onani terus, sekarang giliran kamu puasin aku ya.”Lote menjerit histeris. Kepalanya menggeleng, menolak, sementara Ucup mencoba membuka kancing bajunya dengan tangan gemetar karena nafsu. Kancing pertama terlepas. Lote langsung menekuk kakinya dan menendang Ucup sekuat tenaga.“Arrgh!” Ucup mengaduh keras, tubuhnya goyah. Lote segera bangkit, tapi baru sempat separuh duduk, tangan pemuda itu kembali mendorongnya kasar.“Tolong! Tolong!”Geram, pemuda itu kini menindih Lote semakin keras, mengeluarkan p